BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Filsafat
tidak dapat dipisahkan dengan kehidupan manusia, karena sejarah
filsafat erat kaitannya dengan sejarah manusia pada masa lampau. Filsafat
yang dijadikan sebagai pandangan hidup, erat kaitannya dengan nilai-nilai tentang manusia yang dianggap benar sebagai pandangan hidup
oleh suatu masyarakat atau bangsa untuk mewujudkannya yang terkandung dalam
filsafat tersebut. Oleh karena itu suatu filsafat yang diyakini oleh suatu
masyarakat atau bangsa akan berkaitan erat dengan sistem pendidikan yang
dirasakan oleh masyarakat dan bangsa tersebut.
Filsafat
pendidikan ini sebagai usaha untuk mengenalkan filsafat pendidikan dan hal-hal
lain yang berhubungan dengan itu. Adapun filsafat pendidikan adalah disiplin
ilmu yang mempelajari dan berusaha mengungkap masalah-masalah pendidikan yang
bersifat filosofis. Agar pendidikan mempunyai arti jelas, karena pendidikan
sangat pesar peranannya dalam membina kemajuan suatu bangsa sesuai dengan
filsafat yang diyakini.
B. Rumusan Masalah
- Apa Pengertian Filsafat?
- Apa Pengertian Filsafat Ilmu
Pengetahuan?
- Apa
Kriteria Kebenaran dalam MIPA?
C. Tujuan penulisan
- Untuk mengetahui apa pengertian filsafat
MIPA
- Untuk mengetahui pengertian filsafat ilmu
pengetahuan
- Untuk mengetahui kriteria kebenaran dalam MIPA
BAB II
PEMBAHASAN
A. PENGERTIAN FILSAFAT
·
Filsafat secara Etimologi
Kata
filsafat, yang dalam bahasa Arab dikenal dengan istilah falsafah dan dalam bahasa inggris
dikenal dengan istilah philosophy adalah
berasal dari bahasa Yunani philoshopia.
Kata philosophia terdiri
atas kata philein yang
berarti cinta (love) dan shopia yang berarti kebijaksanaan
(wisdom), sehingga secara
etimologi istilah filsafat berarti cinta kebijaksanaan (love of wisdom). Kata filsafat pertama
kali oleh Phytagoras (582-496 SM). Pada saat itu arti filsafat belum begitu
jelas.
·
Filsafat secara Terminologi
Secara
terminologi adalah arti yang dikandung oleh istilah filsafat. Dikarenakan
tentang batasan dari filsafat itu banyak , antara lain:
1. Para filsuf pra –
Socrates
Para
filsuf pra – Socrates mempertnayakan tentang arche, yakni awal
mula atau asal
usul alam dan berusaha menjawabnya dengan menggunakan logos atau rasio tanpa percaya lagi pada
jawaban mitos atau legenda. Oleh sebab itu, bagi mereka,
filsafat adalah ilmu yang berupaya untuk memahami hakikat alam dan realitas
dengan mengendalikan akal budi.
2. Plato
Filsafat
adalah pengetahuan yang mencoba untuk mencapai pengetahuan tentang kebenaran
asli.
3. Aristoteles
Filsafat
adalah ilmu pengetahuan yang senantiasa berupaya mencari prinsip – prinsip dan
penyebab – penyebab dari realitas yang ada.
4. Al Farabi
Filsafat
adalah ilmu pengetahuan tentang hakikat bagaimana alam maujud yang sebenarnya.
5. Rene Descartes
Filsafat
adalah himpunan dari segala pengetahuan yang pangkal penyelidikannya adalah
mengenai Tuhan, alam, dan manusia.
6. William James
Filsafat
adalah suatu upaya yang luar biasa hebat untuk berpikir yang jelas dan terang.
7. Immanuel Kant
Filsafat
adalah ilmu pengetahuan yang menjadi pangkal dari semua pengetahuan yang
didalamnya tercakup masalah epistemologi (filsafat pengetahuan) yang menjawab
persoalan apa yang kita ketahui.
8. Langeveld
Filsafat
adalah berpikir tentang masalah – masalah yang akhir dan yang menentukan, yaitu
masalah – masalah mengenai makna keadaan, Tuhan, keabadian, dan kebebasan.
9. Hasbullah Bakry
Filsafat
adalah ilmu yang menyelidiki segala sesuatu dengan mendalam mengenai ketuhanan,
alam semesta, dan juga manusia sehingga dapat menghasilkan pengetahuan tentang
bagaimana hakikatnya sejauh yang dapat dicapai akal manusia dan bagaimana sikap
manusia seharusnya setelah mencapai pengetahuan tersebut.
10.
Louis O. Kattsoff
Filsafat
merupakan suatu analisis secara hati – hati terhadap penalaran – penalaran
mengenai suatu masalah, dan penyusunan secara sengaja serta sistematis suatu
sudut pandang yang menjadi suatu dasar tindakan.
11.
N. Dryarkara
Filsafat
adalah perenungan sedalam – dalamnya sebab – sebab ‘ada dan berbuat’,
perenungan tentang kenyataan (reality)
yang sedalam – dalamnya sampai ke ‘mengapa’ yang penghabisan.
12.
Notonagoro
Filsafat
menelaah hal – hal yang menjadi objeknya dari sudut intinya yang mutlak dan
yang terdalam, yang tetap dan tidak berubah, yang disebut sebagai hakikat.
13.
Ir. Poedjayawijatna
Filsafat
ialah ilmu yang berusaha untuk mencari sebab yang sedalam – dalamnya bagi
segala sesuatu berdasarkan pikiran belaka.
14.
Cicero
Filsafat
adalah sebagai “ibu dari semua seni” dan juga sebagai arts vitae yaitu fisafat sebagai
seni kehidupan.
15.
Harold H. Titus
ü Filsafat
adalah sekumpulan sikap dan kepercayaan terhadap kehidupan dan alam yang
biasanya diterima secara tidak kritis.
ü Filsafat
adalah suatu proses kritik atau pemikiran terhadap kepercayaan dan sikap yang
dijunjung tinggi.
ü Filsafat
adalah usaha untuk memperoleh suatu pandangan keseluruhan.
ü Filsafat
adalah analisis logis dari bahasa dan penjelasan tentang arti dan pengertian (concept).
ü Filsafat
adalah kumpulan masalah yang mendapat perhatian manusia dan yang dicarikan
jawabannya oleh ahli filsafat.
16.
Sidi Gazalba
Filsafat
adalah sistem kebenaran tentang segala sesuatu yang dipersoalkan sebagai hasil
dari berpikir secara radikal, sistematis, dan universal.
17.
Francis Bacon
Filsafat
merupakan induk agung dari ilmu – ilmu dan filsafat menangani semua pengetahuan
sebagai bidangnya.
Dari
serangkaian definisi diatas, dapat ditarik kesimpulan bahwa filsafat adalah proses berpikir secara radikal,
sistematik, dan universal terhadap segala yang ada dan yang mungkin ada. Dengan
kata lain, berfilsafat berarti berpikir secara radikal (mendasar, mendalam,
sampai ke akar – akarnya, sitematik (teratur, runtut, logis, dan tidak
serampangan) untuk mencapai kebenaran universal (umum, terintegral, dan tidak
khusus serta tidak parsial).
· Ciri
– Ciri Filsafat
1. Bersifat secara menyeluruh (universal)
Artinya Persoalan secara kefilsafatan tidak bersangkutan dengan objek khusus
dan sebagian besar berkaitan dengan ide – ide yang besar.
2.
Bersifat secara spekulatif Artinya
persoalan – persoalan yang dihadapi oleh manusia melampui batas – batas ilmiah.
3.
Bersangkutan dengan nilai – nilai
(nilai baik dan nilai buruk) Artinya persoalan – persoalan kefilsafatan
bertalian dengan penilaian baik moral, estetis, agama, maupun sosial.
4.
Bersifat kritis Artinya filsafat itu
suatu analisis secara kritis terhadap konsep – konsep yang artinya diterima
oleh suatu ilmu.
5.
Bersifat sinoptik Artinya filsafat
mencakup struktur kenyataan secara keseluruhan.
6.
Bersifat publikatif Artinya jika suatu persoalan sudah mendapat
jawaban dari jawaban itu akan timbul persoalan baru dan jawaban yang akan
diberikan akan mengandung akibat lebih jauh.
· Asal
– Usul Filsafat
Ada
3 hal yang mendorong manusia untuk ‘berfilsafat’, yaitu sebagai berikut:
a. Keheranan
Banyak
filsuf menunujukkan rasa heran (dalam bahasa Yunani Thaumsia) sebagai asal filsafat. Plato
misalnya mengatakan : “Mata kita memberi pengamatan bintang – bintang, matahari
dan langit. Pengamatan ini memberi dorongan untuk menyelidiki. Dari
penyelidikan ini berasal filsafat”.
b. Kesangsian
Filsuf
– filsuf lain, misalnya Augustinus (254 – 430 M) dan Rene Descartes (1596 –
1650 M) menunjukkan kesangsian sebagai sumber utama pemikiran. Manusia heran,
tetapi kemudian ragu – ragu. Apakah ia tidak ditipu oleh panca inderanya kalau
ia heran? Apakah kita tidak hanya melihat yang ingin kita lihat? Di mana dapat
ditemukan kepastian? Karena dunia ia penuh dengan berbagai pendapat, keyakinan,
dan interpretasi.
c. Kesadaran
Akan Keterbatasan
Manusia
mulai berfilsafat jika ia menyadari bahwa dirinya sangat kecil dan lemah
terutama bila dibandingkan dengan alam sekelilingnya. Manusia merasa bahwa ia
sangat terbatas dan terikat terutama pada waktu mengalami penderitaan atau
kegagalan. Dengan kesadaran akan keterbatasan dirinya ini manusia mulai
berfilsafat. Ia mulai memikirkannya bahwa di luar manusia yang terbatas pasti
ada sesuatu yang tidak terbatas.
·
Manfaat
filsafat dalam kehidupan adalah :
1. Sebagai dasar dalam bertindak.
2. Sebagai dasar dalam mengambil keputusan.
3. Untuk mengurangi salah paham dan konflik.
4. Untuk bersiap siaga menghadapi situasi
dunia yang selalu berubah.
·
Pembagian (Cabang – Cabang) Filsafat
Filsafat
pada umumnya dibagi ke dalam 2 kelompok secara garis besar, yaitu filsafat sistematis dan sejarah filsafat.
Filsafat
sistematis bertujuan dalam pembentukan dan pemberian landasan pemikiran
filsafat. Didalamnya meliputi logika, metodologi, epistemologi, filsafat ilmu,
etika, estetika, metafisika, filsafat ketuhanan (teologi), filsafat manusia,
dan kelompok filsafat khusus seperti filsafat sejarah, filsafat hukum, filsafat
komunikasi, dan lain – lain.
Adapun
sejarah filsafat adalah bagian yang berusaha meninjau pemikiran filsafat
disepanjang masa. Sejak zaman kuno hingga zaman modern. Bagian ini meliputi
sejarah filsafat Yunani (Barat), India, Cina, dan sejarah filsafat Islam.
Pembagian
filsafat menurut para ahli diantaranya sebagai berikut:
Pembagian Plato
Plato
membagi filsafat menjadi 3 yaitu;
1. Dialektika
: Tentang ide – ide atau pengertian – pengertian umum.
2. Fisika
: Tentang dunia materiil
3. Etika
: Tentang kebaikan
Pembagian Aristoteles
1. Logika,
tentang bentuk susuna pikiran
2. Filosofia
teoritika yang terperinci atas; a.Fisika, tentang dunia materiil (ilmu alam dan
sebagainya); b.Matematika, tentang barang menurut kuantitasnya, dan;
c.Metafisika, tentang “ada”
3. Filosofia
praktika, tentang hidup kesusilaan (berbuat) yang terperinci atas; a.Etika,
tentang kesusilaan dalam hidup perseorangan; b.Ekonomia, tentang kesusilaan
dalam hidup kekeluargaan, dan; c.Politika, tentang kesusilaan dalam hidup
kenegaraan
4. Filosofia
poetika/aktiva (pencipta) – Filsafat Kesenian.
The Liang Gie membagi filsafat
sistematis menjadi:
1.
Metafisika , filsafat tentang hal yang
ada
2.
Epistemologi, teori pengetahuan
3.
Metodologi, teori tentang metode
4.
Logika, teori tentang penyimpulan
5.
Etika, filsafat tentang pertimbangan
moral
6.
Estetika, filsafat tentang keindahan
7.
Sejarah filsafat
Louis O. Kattsoff
1.
Logika
2.
Metodologi
3.
Metafisika
4.
Epistemologi
5.
Filsafat biologi
6.
Filsafat psikologi
7.
Filsafat antropologi
8.
Filsafat sosiologi
9.
Etika
10. Estetika
11. Filsafat
agama
Dari
pembagian cabang filsafat menurut beberapa tokoh tersebut, tampak luas bidang
yang menanggapi persoalan kefilsafatan. Karena sangat luasnya cakupan maka
sering ada kesulitan untuk membahas setiap masalah sampai tuntas.
Berdasarkan
3 jenis persoalan filsafat yang utama yaitu:
1.
Persoalan keberadaan (being) atau eksistensi (existence). Persoalan keberadaan atau
eksistensi bersangkutan dengan cabang filsafat, yaitu metafisika.
2.
Persoalan pengetahuan (knowledge) atau kebenaran (truth). Pengetahuan ditinjau dari segi
isinya berkaitan dengan cabang filsafat, yaitu epistemologi. Adapun kebenaran
ditinjau dari segi bentuknya bersangkutan dengan cabang filsafat, yaitu logika.
3.
Persoalan nilai – nilai (values). Nilai – nilai dibedakan
menjadi 2, nilai kebaikan tingkah laku dan nilai keindahan. Nilai kebaikan
tingkah laku bersangkutan dengan cabang filsafat yaitu etika. Nilai keindahan
bersangkutan dengan cabang filsafat yaitu estetika.
B.
PENGERTIAN FILSAFAT ILMU PENGETAHUAN
Setelah
dipahami pengertian Filsafat, dan pengertian Ilmu pengetahuan, maka dapat
disimpulkan bahwa Filsafat Ilmu pengetahuan adalah kajian secara mendalam
tentang dasar-dasar ilmu pengetahuan, sehingga filsafat ilmu pengetahuan dapat
menjawab beberapa persoalan, seperti:
1. Persoalan dalam
landasan dimensi Ontologis
Persoalan
tentang Objek apa yang ditelaah ?, Bagaimana wujud yang hakiki dari objek
tersebut ?, Bagaimana korelasi antara objek tadi dengan daya tangkap manusia
(seperti berpikir, merasa, dan mengindra) yang menghasilkan ilmu ? Dari
landasan ontologis ini adalah dasar untuk mengklasifikasi pengetahuan dan
sekaligus bidang bidang ilmu.
2. Persoalan
dalam landasan dimensi epistemologis
Persoalan bagaimana proses pengetahuan yang
masih berserakan dan tidak teratur itu menjadi ilmu ?. Bagaimana prosedur dan
mekanismenya ?. Hal hal yang harus diperhatikan agar dapat diperoleh
pengetahuan yang benar ?. Apa yang disebut kebenaran itu sendiri ?. Apa
kriterianya ?. Cara/ teknik/ sarana apa yang membantu manusia dalam mendapatkan
pengetahuan yang berupa ilmu ?.
3. Persoalan
dalam landasan dimensi aksiologis
Persoalan untuk apa pengetahuan yang berupa
ilmu itu dipergunakan ?. Bagaimana kaitan antara cara penggunaan tersebut
dengan kaidah kaidah moral ?. Bagaimana penentuan objek yang ditelaah
berdasarkan pilihan pilihan moral ?. Bagaimana korelasi antara teknik
proseduran yang merupakan operasionalisasi metode ilmiah dengan norma norma
moral ?.
Pengertian filsafat ilmu pengetahuan menurut Hartono
Kasmadi (1990) dapat dirangkum dalam tiga (3) medan telaah, yaitu:
a. Filsafat ilmu
pengetahuan adalah suatu telaah kritis terhadap metode yang digunakan oleh ilmu
tertentu, terhadap lambang yang digunakan, dan terhadap struktur penalaran
tentang sistem lambang yang digunakan.
Misal: untuk
mengkaji ilmu empiris, ilmu rasional, bidang etika, estetika, dll.
b. Filsafat ilmu
pengetahuan adalah upaya untuk mencari kejelasan mengenai dasar-dasar konsep,
praduga, dan postulat mengenai ilmu , serta upaya untuk membuka tabir
dasar-dasar empiris, rasional, dan pragmatis.
Misal: analisis
terhadap anggapan dasar tentang kuantitas, kualitas, waktu, ruang, dan hukum,
serta dapat pula sebagai studi keyakinan tertentu, maupun keyakinan dunia
“sana”.
c. Filsafat ilmu
pengetahuan adalah studi gabungan yang terdiri atas beberapa studi yang
beraneka macam yang ditujukan untuk menetapkan batas yang tegas mengenai ilmu
tertentu.
C. KRITERIA
KEBENARAN
Manusia
selalu berusaha menemukan kebenaran.Banyak cara telah ditempuh untuk memperoleh
kebenaran, antara lain dengan menggunakan rasio seperti para rasionalis dan
melalui pengalaman atau empiris. Struktur pengetahuan manusia menunjukkan
tingkatan –tingkatan dalam hal menangkap
kebenaran. Metode ilmiah yang dipakai dalam suatu ilmu tergantung dari objek
ilmu yang besangkutan. Macam-macam objek ilmu antara lain fisika-kimia, makhluk
hidup, psikis , sosio politis, humanistis dan religious. Filsafat ilmu memiliki
tiga cabang kajian yaitu ontology, epistemology dan aksiologi.
Dalam menguji
suatu kebenaran diperlukan teori-teori ataupun metode-mtode yang akan berfungsi
sebagai penunjuk jalan bagi jalannya pengujian tersebut. Berikut ini beberapa
teori tentang kebenaran dalam perspektif filsafat ilmu :
a. Teori Korespondensi
Teori kebenaran
korespondensi adalah teori yang berpandangan bahwa pernyataan-pernyataan adalah
benar jika berkorespondensi ( berhubungan ) terhadap fakta yang ada. Kebenaran
atau suatu keadaan dikatakan benar jika ada kesesuaian antara arti yang
dimaksud oleh suatu pendapat dengan fakta. Suatu proposisi ( ungkapan atau
keputusan ) adalah benar apabila terdapat suatu fakta yang sesuai dan
menyatakan apa adanya. Teori ini sering diasosiasikan dengan teori-teori
empiris pengetahuan. Ujian kebenaran yang didasarkan atas teori korespondensi
paling diterima secara luas oleh kelompok realis. Menurut teori ini kebenaran
adalah kesetiaan kepada realita obyektif , kebenaran adalah persesuaian antara
pernyataan tentang fakta dan fakta itu sendiri, atau antara pertimbangan dan
situasi yang dijadikan pertimbangan itu, serta berusaha untuk melukiskannya,
karena kebenaran mempunyai hubungan erat dengan pernyataan atau pemberitaan
yang kita lakukan tentang sesuatu ( Titus,1987:237 ).
Jadi secara
sederhana dapat disimpulkan bahwa berdasarkan teori korspondensi suatu
pernyataan adalah benar jika materi pengetahuan yang dikandung pernyataan itu
berkorespondensi ( berhubungan ) dan sesuai dengan objek yang dituju oleh
pernyataan tersebut ( Suriasumantri,1990:57), Misalnya jika seorang mahasiswa
mengatakan “ matahari terbit dari timur “ maka pernyataan tersebut bersifat
factual atau sesuai dengan fakta yang ada matahari terbit dari timur dan
tenggelam dari barat.Menurut korespondensi ada atau tidaknya keyakinan tidak
mempunyai hubungan langsung terhadap kebenaran atau kekeliruan . Jika sesuatu
pertimbangan sesuai dengan fakta , maka pertimbangan ini benar, jika tidak maka
pertimbangan itu salah (Jujun, 1990:237)
b. Teori
Koherensi atau konsistensi
Teori kebenaran
koherensi adalah teori kebenaran yang didasarkan kepadaa kriiteria koheren atau
konsistensi . Pernyataan – pernyataan ini mengikuti atau membawa kepada
pernyataan yang lain. Berdasarkan teori ini suatu pernyataan dianggap benar
bila pernyataan itu bersifat koheren atau konsisten dengan pernyataan
–pernyataan sebelumnya yang dianggap benar ( Jujun, 1990:55), artinya
pertimbangan adalah benar jika pertimbangan itu bersifat konsisten dengan
pertimbangan lain yang telah diterima kebenarannya yaitu yang koheren menurut
logika.
Suatu kebenaran
tidak hanya terbentuk karena adanya koherensi atau konsistensi dengan
pernyataan sebelumnya. Dengan kata lain suatu proposisi dilahirkan untuk
menyikapi dan menanggapi proposisi sebelumnya secara konsisten serta adanya
interkoneksi dan tidak adanya kontradiksi antara keduanya.
Misalnya bila
kita mengangap bahwa “ maksiat adalah perbuatan yang dilarang oleh Allah “
adalah suatu pernyataan yang benar maka mencuri dilarang oleh Allah “ adalah
benar pula, sebab pernyataan kedua adalah konsisten dengan pernyataan yang
pertama. Kelompok idealis , seperti Plato juga filosof modern seperti Hegel ,
Bradley memperluas prinsip koherensi sehingga meliputi dunia, dengan begitu
maka tiap-tipa pertimbangan yang benar dan tiap-tiap system kebenaran yang
parsial bersifat terus-menerus dengan keseluruhan realitas dan memperoleh arti
dari keseluruhan tersebut (Titus 1987
:239).
. C.
Teori Pragmatisme
Teori ini menganggap suatu pernyataan,
teori atau dalil itu memiliki kebenaran bila memiliki kegunaan dan manfaat bagi
kehidupan manusia. Kaum pragmatis menggunakan criteria kebenarannya dengan
keguanaan (utility), dapar dikerjakan (workability), dan akibat yang
memuaskan.oleh karena itu tidak ada kebenaran yang mutlak atau tetap,
kebenarannya tergantung pada kerja, manfaat dan akibatnya.
Akibat atau hasil yang memuaskan
bagi kaum pragmatis adalah :
1.
Sesuai
dengan keinginan dan tujuan.
2.
Sesuai dan
teruji dengan suatu eksperimen.
3.
Ikut
membantu dan mendorong perjuangan untuk tetap eksis (ada).
Teori ini merupakan sumbangan paling nyata dari para
filsuf Amerika. Tokohnya adalah Charles S. Pierce (1839-1914) dan diikuti oleh
William James dan John Dewey (1859-1952).
BAB III
PENUTUP
a. Kesimpulan.
Dari semua pengertian filsafat
secara terminologis di atas, dapat ditegaskan bahwa filsafat adalah ilmu
pengetahuan yang menyelidiki dan memikirkan segala sesuatunya secara mendalam
dan sungguh-sungguh, serta radikal sehingga mencapai hakikat segala situasi
tersebut. Dan Filsafat Ilmu pengetahuan adalah
kajian secara mendalam tentang dasar-dasar ilmu pengetahuan, sehingga filsafat
ilmu pengetahuan dapat menjawab beberapa persoalan Filsafat mengantarkan
manusia untuk lebih jernih, mendasar dan bijaksana dalam berfikir, bersikap,
berkata, berbuat dan mengambil kesimpulan. Diatas juga dijelaskan ada beberapa
teori kriteria kebenaran yaitu,teori korespondensi,teori koherensi atau konsistensi,
dan teori pragmatisme
b. Saran
Agar manusia
tetap memiliki filsafat ilmu yang tidak hanya memiliki tujuan tapi juga prinsip
yang etimonogi seperti yang diterangkan pada BAB II.
DAFTAR PUSTAKA
Jujun S.
Sumantri.2005. Filsafat Ilmu; Sebuah Pengantar Populer. Jakarta : Pustaka Sinar
Harapan.
No comments:
Post a Comment