BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Sukses bertumpu pada dua hal yaitu kemampuan
dan kemauan. Sukses belajar misalnya sangat tergantung pada ketrampilan
belajar yang dimiliki dan seberapa kuat ia mau menggunakannya. Tingkat
kemauan (atau motivasi) orang berbeda-beda. karena alasan (motif) yang berkait
dengan kebutuhan untuk kegiatan yang sama, dapat berbeda-beda. Motivasi
memang berhubungan upaya memenuhi kebutuhan. Makin besar kebutuhan makin besar
pula dorongan dalam diri seseorang untuk mau melakukan
sesuatu. Karena itu peran motivasi untuk menunjang keberhasilan sangat
penting. Masalahnya, bagaimana cara memotivasi diri sendiri dan juga
orang lain?
Makalah dan sajian lisan yang menyertainya ini, bertujuan
memberikan pemahaman tentang motivasi mengenai apa,
mengapa, bagaimana dan untuk apa, serta “memotivasi” untuk
mau menerapkannya (paling tidak untuk memotivasi diri sendiri).
Tindak lanjut nyata dari kegiatan ini, oleh dan untuk diri kita
sendiri, adalah ukuran keberhasilan kegiatan ini. Sukses adalah gabungan dari
kemampuan dan kemauan. Hal itu juga
ditunjukkan pada “rumus” : P = f (a.m), yang artinya
: Performance adalah fungsi dari ability dan motivation.
Pintar saja tidak cukup, harus ada kemauan-motivasi untuk menggunakan kepintarannya. Kecerdasan
intelektual (IQ), masih sangat memerlukan kecerdasan emosional (EQ) untuk dapat
menuai sukses. Kita tahu kepintaran, kemampuan, ketrampilan (ability)
dapat ditingkatkan.
Berbagai pelatihan, kuliah, seminar, workshop,
ditujukan terutama untuk keperluan peningkatan kemampuan. Namun,
tidak otomatis, bahwa kemampuan tinggi membawa
kemauan yang besar. Banyak faktor memberi pengaruh pada besar-kecilnya
motivasi. Kemampuan tinggi dari para karyawan, jadi tidak bermakna bila mereka
tidak mau bekerja giat untuk mencapai hasil kerja yang optimal. Pertanyaan
penting yang
terlintas di benak kami. Bagaimana upaya yang
dapat dilakukan untuk meningkatkan kemauan (motivasi) orang lain,
dan terutama untuk diri
sendiri? Inti mempimpin adalah memotivasi. Memang,
tantangan bagi pimpinan adalah bagaimana memotivasi anggotanya.
Penelitian Willian James mengungkapkan bahwa seseorang akan
dapat menggunakan hampir 80% kemampuan mereka, apabila ia termotivasi dengan
baik.
Tujuan utama meningkatkan motivasi adalah untuk
meningkatkan kinerja (performance). Kinerja memang dipengaruhi oleh
motivasi. Ingat bahwa, Performance merupakan fungsi dari Compenent dan Commitment.
Sedangkan komitmen yang merupakan gabungan dari konfiden (percaya diri) dan motivasi. Lebih
spesifik, peningkatan motivasi diperlukan untuk:
a. Menggairahkan dan meningkatkan semangat (bekerja,
belajar, dll..)
b. Meningkat moral dan kepuasannya
c. Meningkatkan kinerja,
loyalitas, disiplin, keefektivan
d. Meningkatkan kreativitas dan
partisipasi
e. Menumbuhkan suasana lingkungan yang lebih kondusif
f. Mempertinggi rasa tanggung
jawab,
1.2 Rumusan masalah
1. Apa Pengertian Motivasi ?
2. Apa saja Fungsi Motivasi ?
3. Apa saja Jenis-jenis
Motivasi ?
4. Bagaimana Tendensi
Pengaktualisasian dari Rogers ?
5. Apa Saja Kebutuhan Bertingkat
dan Aktualisasi Diri ?
6. Apa yang dimaksud
Teori Dorongan(Drive Teori) ?
7. Apa yang dimaksud Teori
Insentif ?
8. Apa yang
dimaksud Teori Disonan Kognitif ?
9. Apa yang
dimaksud Teori Harapan ?
10. Apa yang
dimaksud Teori Motivasi Berprestasi ?
11. Apa yang
dimaksud Teori Motivasi Kompetensi ?
12. Apa saja Implikasi Motivasi
dalam Belajar?
13. Bagaimana Strategi Memotivasi
Siswa?
1.3 Tujuan Penulisan
1. Mengetahui Pengertian Motivasi
2. Mengetahui Fungsi Motivasi
3. Mengetahui Jenis-jenis Motivasi
4. Mengetahui Tendensi
Pengaktualisasian dari Rogers
5. Mengetahui Kebutuhan Bertingkat
dan Aktualisasi Diri
6. Mengetahui Teori Dorongan(Drive
Teori)
7. Mengetahui Teori Insentif
8. Mengetahui Teori Disonan
Kognitif
9. Mengetahui Teori Harapan
10. Mengetahui Teori Motivasi
Berprestasi
11. Mengetahui Teori Motivasi
Kompetensi
12. Mengetahui Implikasi
Motivasi dalam Belajar
13. Mengetahui Strategi
Memotivasi Siswa
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Pengertian Motivasi
Motivasi berasal dari kata motif yang berarti
dorongan atau alasan. Motif merupakan tenaga pendorong yang mendorong manusia
untuk bertindak atau suatu tenaga di dalam diri manusia, yang menyebabkan
manusia bertindak atau melakukan sesuatu. Motivasi merupakan tenaga
pendorong yang mendorong manusia untuk bertindak atau melakukan sesuatu.
Sedangkan motivasi belajar adalah keseluruhan daya penggerak psikis di dalam
diri seseorang yang menimbulkan kegiatan belajar, menjamin kelangsungan
kegiatan belajar dan memberikan arah pada kegiatan belajar itu demi mencapai
suatu tujuan.
Menurut Dimyati dan Mudjiono (2006:80) “Motivasi
dipandang sebagai dorongan mental yang menggerakkan dan mengarahkan perilaku
manusia termasuk perilaku belajar”. Sejalan dengan itu, Ratumanan (2002:72)
mengatakan bahwa; “Motivasi adalah sebagai dorongan dasar yang menggerakkan
seseorang bertingkah laku”. Sedangkan motivasi belajar adalah “Keseluruhan daya
penggerak psikis di dalam diri siswa yang menimbulkan kegiatan belajar,
menjamin kelangsungan kegiatan belajar dan memberikan arah pada kegiatan
belajar itu demi mencapai suatu tujuan (Tadjab, 1994:102)”. Dari beberapa
pengertian di atas dapat dikatakan bahwa motivasi memiliki 3 komponen, yaitu:
a) kebutuhan, kebutuhan terjadi bila individu merasa ada ketidak seimbangan
antara apa yang dimiliki dari apa yang ia harapkan; b) dorongan, merupakan
kegiatan mental untuk melakukan suatu.; dan c) tujuan, tujuan adalah hal yang
ingin dicapai oleh individu. Seseorang yang
mempunyai tujuan tertentu dalam melakukan suatu pekerjaan, maka ia akan
melakukan pekerjaan tersebut dengan penuh semangat.
Pengaruh motivasi terhadap seseorang tergantung
seberapa besar motivasi itu mampu membangkitkan motivasi seseorang untuk
bertingkat laku. Dengan motivasi yang besar, maka seseorang akan melakukan
sesuatu pekerjaan dengan lebih memusatkan pada tujuan dan akan lebih intensif
pada proses pengerjaannya. Dalam kegiatan belajar, motivasi dapat dikatakan
sebagai keseluruhan daya penggerak di dalam diri seseorang yang menimbulkan
kegiatan belajar, yang menjamin kelangsungan dari kegaitan belajar dan
memberikan arah pada kegiatna belajar, sehingga tujuan yang dikehendaki oleh
subyek belajar itu dapat tercapai.
Motivasi dapat dibedakan menjadi motivasi intrinsik
dan motivasi ekstrinsik (Sardiman, 2005:189). Motivasi instrinsik adalah
motif-motif yang menjadi aktif atau berfungsinya tidak perlu dirangsang dari
luar, karena dalam diri setiap individu sudah ada dorongan untuk melakukan
sesuatu. Sedangkan motivasi ekstrinsik adalah motif-motif yang aktif dan berfungsinya
karena adanya perangsang dari luar. Sejalan dengan itu pula, Suryabrata
(1994:72) juga membagi motivasi menjadi 2 yaitu: a) motivasi ekstrinsik, yaitu
motivasi yang berfungsi karena adanya rangsangan dari luar; dan b) motivasi
intrinsik, yaitu motivasi yang berfungsi meskipun tidak mendapat rangsangan
dari luar.
Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa motivasi
belajar pada dasarnya ada dua yaitu: motivasi yang datang sendiri dan motivasi
yang ada karena adanya rangsangan dari luar. Kedua bentuk motivasi belajar ini
sangat berpengaruh terhadap prestasi belajar. Setiap motivasi itu bertalian
erat hubungan dengan tujuan atau suatu cita-cita, maka makin tinggi harga suatu
tujuan itu, maka makin kuat motivasi seseorang untuk mencapai tujuan. Purwanto
(1996:70) mengatakan bahwa fungsi motivasi ada 3 yaitu: a) motivasi itu
mendorong manusia untuk berbuat atau bertindak, motivasi ini berfungsi sebagai
penggerak atau sebagai motor yang memberikan energi kepada seseorang untuk
melakukan sesuatu b) motivasi itu menentukan arah perbuatan ke arah perwujudan
suatu tujuan atau cita-cita, dalam hal ini motivasi mencegah penyelewengan dari
jalan yang harus ditempuh untuk mencapai tujuan itu, sehingga makin jelas
tujuan itu, makin jelas pula terbentang jalan yang harus ditempuh dan c)
motivasi itu menyeleksi perbuatan kita, artinya menentukan perbuatan mana yang
dilakuan dilakukan, yang serasi, guna mencapai tujuan itu dengan
mengenyampingkan perbuatan yang tidak bermanfaat bagi tujuan itu.
Dalam kajian teori motivasi ada yang dikenal dengan
teori kebutuhan. Teori ini dikemukakan oleh A.H. Maslow yang mengemukakan bahwa
orang termotivasi untuk melakukan sesuatu karena didasari adanya kebutuhan
dalam dirinya, yang terbagi menjadi 5 (lima) kebutuhan yaitu: (1) kebutuhan
fisiologis yang merupakan kebutuhan manusia untuk bertahan hidup atau juga
disebut kebutuhan pokok yang terdiri dari kebutuhan makan, minum, pakaian, dan
tempat tinggal; (2) kebutuhan rasa aman yang meliputi keamanan akan
perlindungan dari bahaya kecelakaan kerja dan jaminan hari tua; (3) kebutuhan
sosial yang berupa kebutuhan-kebutuhan seseorang untuk diterima dalam kelompok
tertentu yang menyenangkan bagi dirinya; (4) kebutuhan penghargaan seperti
halnya kabutuhan bagi seorang pegawai yang bekerja dengan baik tentu ingin
mendapat penghargaan dan pengakuan dari atasan ataupun pujian dari teman
kerjanya atas prestasinya dan; (5) kebutuhan aktualisasi diri yang berupa
kebutuhan yang muncul dari seseorang dalam proses pengembangan potensi dan
kemampuannya untuk menunjukkan jati dirinya yang sebenarnya (Hasibuan,
2003:104-107).
2.2 Fungsi Motivasi
·
Sebagai pendorong
untuk berbuat sesuatu dari setiap aktifitas yang dilakukan.
·
Penentu
arah perbuatan yakni kearah tujuan yang ingin dicapai.
·
Menyeleksi
perbuatan.
·
Pendorong
usaha untuk mencapai prestasi.
·
Motivasi
adalah sesuatu yang paling mendasar yang harus ada dalam proses belajar
karena hasil belajar akan optimal bila ada motivasi.
·
Motivasi
selalu bertalian dengan suatu tujuan.
Pentingnya Motivasi
dalam Belajar
Motivasi
belajar penting bagi siswa dan guru. Bagi siswa pentingnya motivasi adalah
sebagai berikut:
o
Menyadarkan
kedudukan pada awal belajar, proses, dan hasil akhir
o
Menginformasikan
tentang kekuatan belajar yang dibandingkan dengan teman sebaya.
o
Mengarahkan
kegiatan belajar
o
Membesarkan
semangat belajar
o
Menyadarkan
tentang adanya perjalanan belajar dan bekerja
Motivasi
juga penting diketahui oleh seorang guru, yaitu sebagai berikut :
§
Membangkitkan,
meningkatkan dan memelihara semangat belajar siswa untuk belajar sampai
berhasil.
§
Mengetahui
dan memahami motivasi belajar siswa
§
Meningkatkan
dan menyadarkan guru untuk memilih perannya di sekolah.
§
Memberi
peluang guru untuk “unjuk kerja” rekayasa pedagogis
2.3 Jenis-Jenis Motivasi
Motivasi terdiri dari dua jenis yaitu (1) Motivasi positif, artinya melalui pemberian hadiah bagi yang
berprestasi, diharapkan mereka akan dapat lebih berprestasi dan (2) Motivasi negatif yaitu dengan
memberi hukuman bagi yang bersalah, tentunya, agar mereka tidak
mengulangi kesalahan. Pemberian hukuman, memang efektif untuk
mencegah/mengurangi kesalahan. Namun, sikap untuk tidak berbuat
salah, tidak otomatis meningkatkan gairah bekerja atau
dapat meningkatkan motivasi untuk menjadi lebih
baik. Karena itu, umumnya kedua jenis motivasi ini digunakan dalam
porsi dan waktu yang tepat.
2.4 Tendensi
Pengaktualisasian dari Rogers
Pandangan humanistik banyak diterapkan dalam bidang
psikoterapi dan konseling. Tujuannya adalah meningkatkan pemahaman
diri. Rogers mendasarkan teori dinamika kepribadian pada konsep
aktualisasi diri.Aktualisasi diri adalah daya yang mendorong pengembangan diri
dan potensi individu, sifatnya bawaan dan sudah menjadi ciri seluruh
manusia. Aktualisasi diri yang mendorong manusia sampai kepada pengembangan
yang optimal dan menghasilkan ciri unik manusia seperti kreativitas, inovasi,
dan lain-lain.
2.5 Kebutuhan Bertingkat
dan Aktualisasi Diri
Abraham
Maslow memperkenalkan pemikirannya mengenai motivasi dihubungkan dengan
kebutuhan manusia melalui karyanya yang dipublikasin dengan judul “Theory
of Human Motivation” pada tahun 1943. Ia menjelaskan mengenai hirarki kebutuhan
manusia dengan konsep, “Piramid Kebutuhan Maslow”. Melalui model ini,
Maslow menjelaskan bahwa kebutuhan manusia bertingkat, mulai dari kebutuhan
mendasar yang harus dipenuhi pada bagian bawah piramid dan kebutuhan manusia
meningkat terus ke atas apabila jenis kebutuhan yang dasar sudah terpenuhi.
Mulai dari kebutuhan yang paling dasar adalah kebutuhan fisiologis, kemudian
berlanjut ke kebutuhan akan keamanan dan kebutuhan puncak, yaitu
aktualisasi diri (self-actualization).
TEORI – TEORI MOTIVASI
2.6 Teori Dorongan (Drive
Teori)
Teori
”drive” bisa diuraikan sebagai teori-teori dorongan tentang motivasi, perilaku
didorong ke arah tujuan oleh keadaan-keadaan yang mendorong dalam diri
seseorang. Secara umum , teori-teori drive mengatakan hal-hal berikut : ketika
suatu keadaan dorongan internal muncul, individu di dorong untuk mengaturnya
dalam perilaku yang akan mengarah ke tujuan yang mengurangi intensitas keadaan
yang mendorong. Pada manusia dapat mencapai tujuan yang memadai yang mengurangi
keadaan dorongan apabila dapat menyenangkan dan memuaskan.
Teori-teori
Drive berbeda dalam sumber dari keadaan terdorong yang memaksa manusia atau
binatang bertindak. Beberapa teori, termasuk teori Freud, dipahami oleh keadaan
terdorong sejak belum lahir, atau instingtif. Tentang perilaku binatang, khususnya
ahli ethologi telah mengusulkan suatu penjelasan suatu mekanisme dorongan sejak
kelahiran (tinbergen, lorenz, dan leyhausen dalam morgan, dkk. 1986).
Teori-teori drive yang lain telah mengembangkan peran belajar
dalam keaslian keadaan terdorong. Keadaan terdorong yang dipelajari
menjadi ciri abadi dari orang tertentu dan mendorong orang itu ke arah tujuan
yang memadai, orang lain mungkin belajar motif sosial yang lain dan didorong ke
arah tujuan yang berbeda.
2.7 Teori Insentif
Teori
insentif menjelaskan motivasi dalam kaitannya dengan stimuli atau penghargaan
eksternal. Berbeda dengan dorongan atau teori pengurangan penggerak, para
psikolog telah mengajukan teori insentif karena stimulus eksternal dianggap
menarik seseorang untuk beberapa tujuan. (Iram, 2008). Teori ini mengatakan
bahwa seseorang akan bergerak atau mengambil tindakan karena ada insentif yang
akan di dapatkan. Misalnya, seseorang mau bekerja dari pagi sampai sore karena
tahu bahwa ia akan mendapatkan intensif berupa gaji, jika seseorang tahu akan
mendapatkan penghargaan, maka ia pun akan bekerja lebih giat lagi dalam bekerja
(Mustopa, 2011),
atau contoh insentif yang paling umum dan paling dikenal oleh anak-anak
misalnya jika anak naik kelas akan dibelikan sepeda baru oleh orangtua, maka
anak akan belajar dengan tekun untuk mendapatkan sepeda baru tersebut. Ada
sesuatu tentang tujuan itu sendiri yang memotivasi perilaku. Karena ciri-ciri
tertentu yang mereka miliki, objek tujuan mendorong perilaku kearah tujuan
tersebut. Objek-objek tujuan yang memotivasi perilaku inilah yang disebut
dengan insentif. Satu bagian penting dari banyak teori insentif
adalah bahwa individu-individu mengharapkan kesenangan dari pencapaian dari apa
yang mereka sebut dengan insentif positif dan dari penghindaraan dari apa yang
disebut dengan insentif negatif. (Bachtiar, 2010)
Imbalan
atau penghargaan (insentif), baik terukur atau tak terukur, diberikan setelah
kejadian dari satu tindakan (yaitu. perilaku) dengan tujuan agar perilaku
terjadi lagi. Ini dilakukan dengan berasumsi arti positif pada perilaku
tersebut. Studi menunjukkan jika seseorang mendapat imbalan dengan seketika
atau sesegera mungkin, pengaruhnya akan lebih besar, dan menurun dengan
berjalannya waktu.
Aksi
berulang memberi imbalan atau penghargaan dapat menyebabkan perilaku tersebut
untuk menjadi suatu kebiasaan (Wikipedia). Insentif tak terukur/tak
berwujud juga dikenal sebagai imbalan intrinsik, sementara insentif
terukur/berwujud juga dikenal sebagai imbalan ekstrinsik. Kadang kala, satu
jenis imbalan dapat digantikan dengan yang lain. Ini biasanya terjadi ketika
suatu imbalan intrinsik digantikan dengan imbalan ekstrinsik. Sebagai contoh,
mempertimbangkan seseorang yang jadi dokter.
Pada
awalnya, orang mungkin menjadi dokter karena dia menikmati untuk menolong orang
lain (intrinsik) kemudian, alasan untuk menjadi dokter mungkin dapat berubah ke
uang (ekstrinsik). Misalnya, pengurangan jumlah insentif harus dilakukan sebuah
rumah sakit, dan mereka menawarkan pada dokter sebuah pilihan: berlanjut
sebagai dokter dan menolong orang namun dengan satu potongan gaji(insentif),
atau menjadi pengurus/administrasi namun mendapat uang dibandingkan sebelum.
Dokter akan mungkin memilih menjadi pengurus meskipun ini berarti dia tidak
akan menolong orang-orang lagi sebab imbalan eksternal dari upah sebagai
pengurus akan melebihi imbalan internal dari kepuasan yang diperoleh saat
menolong orang-orang.
Keadaan
ini dikenal sebagai pengaruh overjustification. Secara umum ,
overjustification terjadi ketika
imbalan eksternal menjadi satu-satunya alasan untuk berlanjutnya suatu perilaku.
Psikolog bidang pendidikan sedang mendebat
apakah
sekolah harus mempergunakan imbalan (insentif) ekstrinsik untuk
memunculkan atau membentuk perilaku. Ada bukti yang menyarankan bahwa ini
adalah satu ide buruk karena ketika imbalan musnah, begitu juga dengan motivasi
anak-anak, ada bukti yang menyarankan bahwa ini adalah satu ide bagus
karena keuntungan yang diperoleh oleh sistem imbalan ekstrinsik mungkin
berlanjut.
2.8 Teori Disonansi
Kognitif
Teori
disonansi kognitif merupakan sebuah teori komunikasi yang membahas mengenai
perasaan ketidaknyamanan seseorang yang diakibatkan oleh sikap, pemikiran, dan
perilaku yang tidak konsisten dan memotivasi seseorang untuk mengambil langkah
demi mengurangi ketidaknyamanan tersebut. Wibowo (dalam Sarwono, S.W.,
2009) mendefinisikannya sebagai keadaan tidak nyaman akibat adanya
ketidaksesuaian antara dua sikap atau lebih serta antara sikap dan tingkah
laku.
Festinger
(1957), berpendapat bahwa disonansi terjadi apabila terdapat hubungan yang
bertolak belakang, yang diakibatkan oleh penyangkalan dari satu elemen kognitif
terhadap elemen lain, antara elemen-elemen kognitif dalam diri
individu. Hubungan yang bertolak belakang tersebut, terjadi bila ada
penyangkalan antara elemen kognitif yang satu dengan yang lain. Disonansi
kognitif tidak hanya bisa timbul dari diri seseorang saja, tetapi juga dapat
timbul akibat pengaruh faktor eksternal di luar dirinya. Bila terjadi
disonansi, ada sesuatu yang harus dilepas, atau ada ketidaksesuaian antara
suatu keyakinan dengan keyakinan-keyakinan atau sikap yang penting. Bersikeras
mempertahankan kedua-duanya, akan terasa sangat menyiksa.
2.9 Teori Harapan
Victor
H. Vroom, dalam bukunya yang berjudul “Work And Motivation” mengetengahkan
suatu teori yang disebutnya sebagai “ Teori Harapan”. Menurut teori ini,
motivasi merupakan akibat suatu hasil dari yang ingin dicapai oleh seorang dan
perkiraan yang bersangkutan bahwa tindakannya akan mengarah kepada hasil yang
diinginkannya itu. Artinya, apabila seseorang sangat menginginkan sesuatu, dan
jalan tampaknya terbuka untuk memperolehnya, yang bersangkutan akan berupaya
mendapatkannya. Dinyatakan dengan cara yang sangat sederhana, teori
harapan berkata bahwa jika seseorang menginginkan sesuatu dan harapan untuk
memperoleh sesuatu itu cukup besar, yang bersangkutan akan sangat terdorong
untuk memperoleh hal yang diinginkannya itu. Sebaliknya, jika harapan
memperoleh hal yang diinginkannya itu tipis, motivasinya untuk berupaya akan
menjadi rendah. Di kalangan ilmuwan dan para praktisi manajemen sumber
daya manusia teori harapan ini mempunyai daya tarik tersendiri karena penekanan
tentang pentingnya bagian kepegawaian membantu para pegawai dalam menentukan
hal-hal yang diinginkannya serta menunjukkan cara-cara yang paling tepat untuk
mewujudkan keinginannnya itu. Penekanan ini dianggap penting karena pengalaman
menunjukkan bahwa para pegawai tidak selalu mengetahui secara pasti apa yang diinginkannya,
apalagi cara untuk memperolehnya.
Menurut
teori ini, motivasi merupakan akibat suatu hasil dari yang ingin dicapai oleh
seorang dan perkiraan yang bersangkutan bahwa tindakannya akan mengarah kepada
hasil yang diinginkannya itu. Artinya, apabila seseorang sangat menginginkan
sesuatu,dan jalan tampaknya terbuka untuk memperolehnya,yang bersangkutan akan
berupaya mendapatkannya. Dinyatakan dengan cara yang sangat sederhana, teori
harapan berkata bahwa jika seseorang menginginkan sesuatu dan harapan untuk
memperoleh sesuatu itu cukup besar, yang bersangkutan akan sangat terdorong
untuk memperoleh hal yang diinginkannya itu. Sebaliknya, jika harapan
memperoleh hal yang diinginkannya itu tipis, motivasinya untuk berupaya akan
menjadi rendah. Dalam lembaga pendidikan guru ataupun siswa akan melakukan apa
saja jika mereka melihat suatu peluang apalagi peluang itu terbuka dengan
lebar. Apalagi di lembaga pendidikan orang-orang ataupun masyarakat banyak
menggantugkan harapannya untuk mencapai cita-cita merekam, dengan melaksanakan
teori ini maka warga sekolah akan sangat termotivasi sekali untuk dapat
mewujudakan harapan-harapan mereka tersebut. Teori Harapan ini didasarkan
atas:
a). Harapan (Expectancy),
adalah suatu kesempatan yang diberikan akan terjadi karena perilaku. Harapan
akan berkisar antara nilai negatif (sangat tidak diinginkan sampai dengan nilai
positif (sangat diinginkan). Harapan negatif menunjukkan tidak ada kemungkinan
sesuatu hasil akan muncul sebagai akibat dari tindakan tertentu, bahkan
hasilnya bisa lebih buruk. Sedangkan harapan positif menunjukkan kepastian
bahwa hasil tertentu akan muncul sebagai konsekuensi dari suatu tindakan atau
perilaku.
b). Nilai (Valence), adalah
kekuatan relatif dari keinginan dan kebutuhan seseorang. Suatu intensitas
kebutuhan untuk mencapai hasil, berkenaan dengan preferensi hasil yang dapat
dilihat oleh setiap individu. Bagi seorang individu, perilaku tertentu
mempunyai nilai tertentu. Suatu hasil mempunyai valensi positif apabila
dipilih, tetapi sebaliknya mempunyai valensi negatif jika tidak dipilih.
c). Pertautan
(Instrumentality), yaitu besarnya kemungkinan bila bekerja secara efektif,
apakah akan terpenuhi keinginan dan kebutuhan tertentu yang diharapkannya.
Indeks yang merupakan tolok ukur berapa besarnya perusahaan akan memberikan
penghargaan atas hasil usahanya untuk pemuasan kebutuhannya.
Dalam hal ini Victor Vroom
(1994) yang pertama kali mengemukakan teori harapan secara konseptual dengan
mengajukan persamaan sebagai berikut :
Harapan
|
Instrumen
|
Valensi
|
Kemungkinan melakukan tugas untuk mencapai
target kinerja
|
Kemungkinan mencapai target kinerja yang
dipandu berbagai program kerja
|
Nilai hasil kerja karyawan baik atau buruk
|
Sumber : John R. Schermerhorn,
Jr., Management for Productivity, 3rd., New York; John Wiley & Sons,
1989.
Hubungan antara unsur Teori
Harapan (Harapan, Instrumen dan Valensi) Robert E. Quinn selanjutnya
menjelaskan sepeti berikut : bahwa hubungan fundamental dari ketiga unsur-unsur
teori harapan dengan persamaan yang baru sebenarnya sama. Bedanya teori yang
terakhir telah dikembangkan dengan mempertimbangkan beberapa hasil usaha.. Bila
motivasinya rendah jangan berharap hasil kerjanya (kinerjanya) baik. Dan
motivasi dipengaruhi oleh berbagai pertimbangan pribadi seperti rasa tertarik
atau memperoleh harapan.Selanjutnya dapat dipahami bahwa kinerja kaeyawan
sangat mempengaruhi kinerja organisasi di mana di atau mereka berperan sebagai
pelaku. Sehubungan dengan itu, kiranya seorang manajer (pimpinan) selalu
melakukan hal-hal seperti berikut :
a. Tentukan
tujuan organisasi secara jelas dan tentukan pula kreteria kinerjanya.
b. Pimpinan perusahaan
(instansi) selalu menyediakan insentif (pendorong kerja) yang menarik, baik berupa penghargaan
dalam bentuk uang maupun penghargaan lain, agar para karyawan (terutama
bawahan) bersedia mencapai tujuan organisasi melalui upaya mencapai kinerja
sesuai dengan kreteria yang telah ditetapkan.
c. Pimpinan perusahaan
(instansi) secara teratur menjelaskan tentang umpan balik tujuan perusahaan
(instansi), sehingga setiap karyawan mengetahui posisi peranannya dalam
perusahaan (instansi).
d. Gunakan cara manajemen
partisipatif di mana para karyawan diikutsertakan dalam pengambilan keputusan
tertentu di mana mereka dapat melakukan pekerjaan dengan baik.
e. Pertemuan atau
berunding dengan karyawan bawahan dilakukan berdasarkan komonikasi dua
arah. Dalam hal ini kedua pihak harus menjadi pendengar yang baik didasari niat
yang baik demi peningkatan kinerja perusahaan (instansi).
f. Secara khusus
memberikan orientasi pengenalan ruang lingkup kerja kepada karyawan baru
tentang pekerjaan atau tugas yang diinginkan oleh perusahaan (instansi). Hal
ini dipertlukan agar karyawan baru dapat cepat menguasai tugasnya sesuai degan
kebutuhan instansi (perusahaan).
2.10 Teori Motivasi Berprestasi
Motivasi
berprestasi pertama kali diperkenalkan oleh Murray (dalam Martaniah, 1998) yang
diistilahkan dengan need for achievement dan dipopulerkan oleh Mc Clelland
(1961) dengan sebutan “n-ach”, yang beranggapan bahwa motif berprestasi
merupakan virus mental sebab merupakan pikiran yang berhubungan dengan cara
melakukan kegiatan dengan lebih baik daripada cara yang pernah dilakukan
sebelumnya. Jika sudah terjangkit virus ini mengakibatkan perilaku individu
menjadi lebih aktif dan individu menjadi lebih giat dalam melakukan kegiatan
untuk mencapai prestasi yang lebih baik dari sebelumnya.
Individu
yang menunjukkan motivasi berprestasi menurut Mc.Clelland adalah mereka
yang task oriented dan siap menerima tugas-tugas yang
menantang dan kerap mengevaluasi tugas-tugasnya dengan beberapa cara, yaitu
membandingkan dengan hasil kerja orang lain atau dengan standard tertentu
(McClelland, dalam Morgan 1986). Selain itu mcClelland juga mengartikan
motivasi berprestasi sebagai standard of exellence yaitu kecenderungan individu
untuk mencapai prestasi secara optimal (McClelland,1987). Selanjutnya menurut
Haditono (Kumalasari, 2006), motivasi berprestasi adalah kecenderungan untuk
meraih prestasi dalam hubungan dengan nilai standar keunggulan.
Motivasi
berprestasi ini membuat prestasi sebagai sasaran itu sendiri. Individu yang
dimotivasi untuk prestasi tidak menolak penghargaan itu, tidak sungguh-sungguh
merasa senang jika dalam persaingan yang berat ia berhasil memenangkannya
dengan jerih payah setelah mencapai standar yang ditentukan. Individu yang
mempunyai dorongan berprestasi tinggi umumnya suka menciptakan risiko yang
lunak yang bisa memerlukan cukup banyak kekaguman dan harapan akan hasil yang
berharga, keterampilan dan ketetapan hatinya yang menunjukkan suatu kemungkinan
yang masuk akal daripada hasil yang dicapai dari keuntungan semata. Jika
memulai suatu pekerjaan, individu yang mempunyai dorongan prestasi tinggi ingin
mengetahui bagaimana pekerjaannya, ia lebih menyukai aktivitas yang memberikan
umpan balik yang cepat dan tepat.
Menurut
Herman (Linda, 2004) motivasi berprestasi ini sangat penting dalam kehidupan
sehari-hari, karena motif berprestasi akan mendorong seseorang untuk mengatasi
tantangan atau rintangan dan memecahkan masalah seseorang, bersaing secara sehat,
serta akan berpengaruh pada prestasi kerja seseorang. Atkinson (Martaniah,
1998) mengatakan bahwa motivasi berprestasi dalam perilaku individu mengandung
dua kecenderungan perilaku, yaitu :
a. Individu yang cenderung
mengejar atau mendekati kesuksesan
b. Individu yang berusaha untuk
menghindari kegagalan.
Teori
Motivasi Berprestasi mengemukakan bahwa, manusia pada hakikatnya mempunyai
kemampuan untuk berprestasi diatas kemampuan orang lain. Teori ini memiliki
sebuah pandangan (asumsi) bahwa kebutuhan untuk breprestasi itu adalah suatu
yang berbeda dan dapat dan dapat dibedakan dari kebutuhan-kebutuhan yang
lainnya. Menurut Mc Clelland , seseorang dianggam
memiliki motivasi untuk berprestasi jika ia mempunyai keinginan untuk melakukan
suatu karya berprestasi lebih baik dari prestasi karya orang lain. Ada tiga
jenis kebutuhan manusia menurut Mc Clelland
yaitu sebagai berikut :
a. Kebutuhan akan Prestasi (n-ACH)
Kebutuhan
akan prestasi merupakan dorongan untuk mengungguli, berprestasi sehubungan
dengan seperangkat standar$2C bergulat untuk sukses. Kebutuhan ini pada
hirarki Maslow terletak antara kebutuhan akan penghargaan dan kebutuhan akan
aktualisasi diri. Ciri-ciri inidividu yang menunjukkan orientasi tinggi antara
lain bersedia menerima resiko yang relatif tinggi, keinginan untuk mendapatkan
umpan balik tentang hasil kerja mereka, keinginan mendapatkan tanggung jawab
pemecahan masalah. n-ACH adalah motivasi untuk berprestasi , karena itu
karyawan akan berusaha mencapai prestasi tertingginya, pencapaian tujuan
tersebut bersifat realistis tetapi menantang, dan kemajuan dalam pekerjaan.
Karyawan perlu mendapat umpan balik dari lingkungannya sebagai bentuk pengakuan
terhadap prestasinya tersebut.
b. Kebutuhan akan Kekuasaan
(n-POW)
Kebutuhan
akan kekuasaan adalah kebutuhan untuk membuat orang lain berperilaku dalam
suatu cara dimana orang-orang itu tanpa dipaksa tidak akan berperilaku demikian
atau suatu bentuk ekspresi dari individu untuk mengendalikan dan mempengaruhi
orang lain. Kebutuhan ini pada teori Maslow terletak antara kebutuhan akan
penghargaan dan kebutuhan aktualisasi diri. McClelland menyatakan bahwa
kebutuhan akan kekuasaan sangat berhubungan dengan kebutuhan untuk mencapai
suatu posisi kepemimpinan. n-pow adalah motivasi terhadap kekuasaan. Karyawan
memiliki motivasi untuk berpengaruh terhadap lingkungannya, memiliki karakter
kuat untuk memimpin dan memiliki ide-ide untuk menang. Ada juga motivasi untuk
peningkatan status dan prestise pribadi.
c. Kebutuhan untuk Berafiliasi
atau Bersahabat (n-AFI)
Kebutuhan
akan Afiliasi adalah hasrat untuk berhubungan antar pribadi yang ramah dan
akrab. Individu merefleksikan keinginan untuk mempunyai hubungan yang erat,
kooperatif dan penuh sikap persahabatan dengan pihak lain. Individu yang
mempunyai kebutuhan afiliasi yang tinggi umumnya berhasil dalam pekerjaan yang
memerlukan interaksi sosial yang tinggi. Mc Clelland mengatakan bahwa
kebanyakan orang memiliki jombinasi karakteristik tersebut, akibatnya akan
mempengaruhi perilaku karyawan dalam bekerja atau mengelola organisasi.
2.11 Teori Motivasi
Kompetensi
Teori
ini menyatakan bahwa setiap manusia mempunyai keinginan untuk menunjukkan
kompetensi dengan menaklukkan lingkungannya. Keterampilan tersebut antara lain
keterampilan untuk mengevaliasi diri sehubungan dengan pelaksanaan tugas
tersebut, nilai tugas siswa, harapan untuk tugas dalam tugas, patokan keberhasilan
tugas, locus of control dan penguatan diri. Guru dapat meningkatkan motivasi
siswa dengan menerapkan pendekatan internal sehingga kerja siswa dapat berubah
sehingga siswa dapat mengontrol prestasi siswa. Siswa dapat mengontrol prestasi
siswa antara lain dengan mengevaluasi diri sehubungan dengan tugas, menyusun
control guru-siswa terhadap tugas, tangguh jawab dan tugas, harapan-harapan
positif untuk berhasil dan umpan balik atas penyelesaian tugas.
2.12 Implikasi Motivasi Dalam
Belajar
Motivasi belajar merupakan segi kejiwaan
yang mengalami perkembangan, artinya terpengaruh oleh kondisi fisiologis dan
kematangan psikologis siswa.
A.
Cita-cita atau Aspirasi Siswa
Motivasi belajar
tampak pada keinginan anak sejak kecil seperti keinginan belajar berjalan,
makan makanan yang lezat, berebut permainan, bisa membaca, dapat menyanyi, dll.
Keberhasilan mencapain keinginan tersebut menumbuhkan kemauan bergiat , bahkan
dikemudian hari menimbulkan cita-cita dalam kehidupan. Timbulnya cita-cita
dibarengi oleh perkembangan kepribadian. Keinginan berlangsung sesaat atau
dalam jangka waktu singkat, sedangkan kemauan dapat berlangsung dalam waktu
yang lama. Kemauan telah disertai dengan perhitungan akal sehat. Cita-cita
dapat berlangsung dalam waktu sangat lama, bahkan sepanjang hayat. Cita-cita
siswa untuk “menjadi seseorang…” (gambaran ideal seperti pemain bulu tangkis
dunia, misalnya) akan memperkuat semangat belajar dan mengarahkan perilaku
belajar. Misalnya siswa tersebut akan rajin berolahraga, melatih napas,
berlari, meloncat, disamping tekun berlatih bulu tangkis. Cita-cita akan
memperkuat motivasi belajar intrinsik maupun ekstrinsik. Sebab tercapainya
suatu cita-cita mewujudkan aktualisasi diri.
B.
Kemampuan Siswa
Keinginan seorang anak perlu dibarengi dengan
kemampuan atau kecakapan mencapainya. Keinginan membaca perlu dibarengi dengan
kemampuan mengenal dan mengucapkan bunyi-bunyi huruf. Kesukaran mengucapkan
huruf “r” misalnya, dapat diatasi dengan drill/melatih ucapan “r” yang benar.
Latihan berulang kali menyebabkan terbentuknya kemampuan mengucapkan “r”.
dengan didukung kemampuan mengucapkan “r” atau kemampuan mengucapkan
huruf-huruf yang lain, maka keinginan anak untuk membaca akan terpenuhi. Secara
ringkas dapat dikatakan bahwa kemampuan akan memperkuat motivasi anak untuk
melaksanakan tugas-tugas perkembangan. (monks, 1 989:21 ; Singgih Gunarsa,
1990:49)
C.
Kondisi Siswa
Kondisi siswa yang meliputi kondisi jasmania dan
rohani mempengaruhi motivasi belajar. Seorang siswa yang sedang sakit, lapar,
atau marah-marah akan mengganggu perhatian belajar. Sebaliknya, seorang siswa
yang sehat, kenyang dan gembira akan mudah memusatkan perhatian. Anak yang
sakin akan enggan belajar. Anak yang marah-marah akan sukar memusatkan
perhatian pada penjelasan pembelajaran, sebaliknya setelah siswa tersebut sehat
ia akan mengejar ketinggalan pelajaran. Siswa tersebut dengan senang hati
membaca buku-buku pelajaran agar ia memperoleh nilai rapor baik, seperti
sebelum sakit. Dengan kata lain, kondisi jasmani dan rohani siswa berpengaruh
pada motivasi belajar.
D.
Kondisi Lingkungan Sekolah
Lingkungan siswa dapat berupa keadaan alam,
lingkungan tempat tinggal, lingkungan pergaulan sebaya dan kehidupan
kemasyarakatan. Sebagai anggota masyarakat maka siswa dapat terpengaruh oleh
lingkungan sekitar. Bencana alam, tempat tinggal yang kumuh, ancaman rekan yang
nakal, perkelahian antar siswa, akan mengganggu kesungguhan belajar. Sebaliknya
kampus sekolah yangbindah pergaulan siswa yang rukun, akan memperkuat motivasi
belajar. Oleh karena itu, kondisi lingkungan sekolah yang sehat, kerukunan
hidup, ketertiban pergaulan perlu dipertinggi mutunya. Dengan lingkungan yang
aman, tentran, tertib, dan indah maka semangat dan motivasi belajar mudah
diperkuat.
E.
Unsur-unsur Dinamis dalam Belajar dan Pembelajaran
Siswa memiliki perasaan, perhatian, kemauan, ingatan
dan pikiran yang mengalami perubahan berkat pengalaman hidup. Pengalaman dengan
teman sebaya nya berpengaruh pada motivasi dan perilaku belajar lingkungan
siswa yang berupa lingkungan alam, lingkungan tempat tinggal, dan pergaulan
juga mengalami perubahan. Lingkungan budaya siswa yang berupa surat kabar,
majalah, radio, televisi dan film semakin menjangkau siswa. Kesemua lingkungan
tersebut mendinamiskan motivasi belajar. Dengan melihat tayangan televisi
tentang pembangunan perikananan di indonesia timur misalnya, maka seorang siswa
tertarik mintanya untuk belajar dan bekerja dibidang perikanan. Pembelajaran
yang masih berkembang jiwa raganya, lingkungan yang bertambah semakin baik
berkat dibangun, merupakan kondisi dinamis yang bagus bagi pembelajaran. Guru
profesional diharapkan mampu memanfaatkan surat kabar, majalah, siaran radio,
televisi dan sumber belajar disekita sekolah untuk memotivasi belajar.
F.
Upaya Guru dalan membelajrkan Siswa
Guru adalah seoran pendidik profesional. Ia bergaul
setiap hari dengan banyak siswa. Intensitas pergaulan mempengaruhi pertumbuhan
dan perkembangan jiwa siswa.
Upaya pembelajaran disekolah meliputi hal-hal
berikut:
1.
Menyelenggarakan tertib belajar di sekolah
2.
Membina disiplin belajar dalam tiap kesempatan
3.
Membina belajar tertib pergaulan
4.
Membina belajar tertib lingkungan sekolah
Guru profesional
dituntut menjalin kerja sama pedagogis dengan pusat pusat pendidikan lainnya.
Upaya mendidik belajar tertib hidup merupakan kerja sama sekolah dan luar
sekolah.
2.13 Strategi Memotivasi
Siswa
Menurut
Pupuh Fathurrohman dan M. Sorby Sutikno (2010) bahwa motivasi dapat
dibagi dua. Pertama motivasi intrinsik, yaitu motivasi yang timbul dari
dalam diri peserta didik tanpa ada paksaan dari dorongan orang lain. Kedua
motivasi ekstrinsik, yaitu motivasi yang timbul sebagai akibat pengaruh dari
luar peserta didik. Hal ini bisa timbul karena ajakan, suruhan, atau paksaan
dari orang lain (pendidik) sehingga dengan keadaan tersebut peserta didik mau
melakukan sesuatu atau belajar. Pendapat tersebut menegaskan bahwa dalam
pembelajaran motivasi ektrinsik sangat dibutuhkan oleh peserta didik, seperti hadiah
(reward), kompetensi sehat antarpeserta didik, pemberian nasehat, dan
pemberian hukuman (funishment). Adanya motivasi dari luar sebagai dorongan
untuk diri peserta didik merupakan sebuah kemutlakan harus dilakukan guru jika
menginginkan peserta didiknya mencapai keberhasilan dalam pembelajaran. Lain
halnya dengan peserta didik yang memiliki motivasi intrinsik karena mereka
dengan kesadaran sendiri ingin belajar dan memperhatikan penjelasan guru dalam
pembelajaran, karena keingintahuannya dalam pembelajaran tinggi sehingga sulit
terpengaruh oleh gangguan yang ada di sekitarnya. Dalam kegiatan belajar,
motivasi peserta didik adalah salah satu tolak ukur menetukan keberhasilan
dalam pembelajaran. Peserta didik yang tidak mempunyai motivasi belajar tidak akan
mungkin melakukan aktivitas belajar. Tidak adanya aktivitas belajar tentu akan
berdampak terhadap tujuan pembelajaran. Apabila tujuan pembelajaran tidak
tercapai, mencerminkan kegagalan yang dilakukan pendidik. Untuk itu, pendidik
perlu menciptakan strategi yang tepat dalam memotivasi belajar peserta didik.
Motivasi
belajar yang dimiliki peserta didik berfungsi sebagai alat pendorong terjadinya
prilaku belajar peserta didik, alat untuk mempengaruhi prestasi belajar peserta
didik, alat untuk memberikan direksi terhadap pencapaian tujuan pembelajaran,
dan alat untuk membangun sistem pembelajaran yang bermakna. Oemar Hamalik
(2002) secara umum menyebutkan tiga fungsi motivasi, yaitu:
1. Mendorong manusia untuk berbuat
(sebagai penggerak) yang merupakan langkah penggerak dari setiap kegiatan.
2. Menentukan arah perbuatan,
yakni kearah tujuan yang hendak dicapai sehingga dapat memberikan arah dan
kegiatan yang harus dikerjakan sesuai dengan rumusan tujuannya.
3. Menyeleksi perbuatan,
yakni menetukan perbuatan-perbuatan yang harus dikerjakan yang serasi guna
mencapai tujuan, dengan menyisihkan perbuatan-perbuatan yang tidak bermanfaat
bagi tujuan tersebut.Berdasarkan pendapat tersebut dapat diketahui bahwa motivasi
berfungsi sebagai pendorong, pengarah, dan sekaligus sebagai penggerak prilaku
seseorang untuk mencapai suatu tujuan. Begitu juga halnya dalam pencapaian
tujuan pembelajaran, guru merupakan faktor yang penting untuk mengusahakan
terlaksananya fungsi-fungsi tersebut dengan cara dan strategi yang tepat untuk
menumbuhkan motivasi belajar peserta didik. Strategi menumbuhkan motivasi
belajar peserta didik sangat ditentukan oleh perencanaan yang dibuat guru dalam
pembelajaran. Dengan strategi motivasi yang tepat akan mampu memberikan
kesuksesan dalam pembelajaran. Sebagaimana yang dikemukakan Wina Sanjaya
(2006), bahwa strategi digunakan untuk memperoleh kesuksesan atau keberhasilan
dalam mencapai tujuan.Pupuh Fathurohman dan M. Sobry Suntikno (2010) menyatakan
ada beberapa strategi untuk menumbuhkan motivasi belajar peserta didik, yaitu:
a. Menjelaskan tujuan belajar ke
peserta didik
Permulaan belajar mengajar, terlebih dahulu
seorang guru menjelaskan tentang tujuan yang akan dicapai dalam
pembelajaran kepada siswa. Makin jelas tujuan yang akan dicapai peserta didik
maka makin besar juga motivasi dalam melaksanakan kegiatan belajar.
b. Memberikan hadiah (reward)
Memberikan hadiah kepada peserta didik yang
berprestasi. Hal ini akan memacu semangat peserta didik untuk bisa belajar
lebih giat lagi. Di samping itu, peserta didik yang belum berprestasi akan
termotivasi untuk bisa mengejar peserta didik yang berprestasi.
c. Memunculkan saingan atau
kompetensi
Guru berusaha mengadakan persaingan di
antara peserta didik untuk meningkatkan prestasi belajarnya, dan berusaha
memperbaiki hasil prestasi yang telah dicapai sebelumnya.
d. Memberikan pujian
Memberikan pujian atau penghargaan
kepada peserta didik yang berprestasi sudah sepantasnya dilakukan oleh guru
yang bersifat membangun.
e. Memberikan hukuman
Hukuman diberikan kepada siswa yang
berbuat kesalahan saat proses belajar mengajar. Hukuman ini diberikan dengan
harapan agar peserta didik tersebut mau mengubah diri dan beruaha memacu
motivasi belajarnya.
f. Membangkitkan dorongan kepada
peserta didik untuk belajar
Kegiatan yang dilakukan guru adalah
memberikan perhatian maksimal kepada peserta didik selama proses pembelajaran
berlangsung.
g. Membentuk kebiasaan
belajar yang baik
Guru menanamkan pembiasaan belajar yang
baik dengan disiplin yang terarah sehingga peserta didik dapat belajar dengan
suasana yang kondusif.
h.
Membantu
kesulitan belajar peserta didik, baik secara individual maupun komunal
(kelompok)
i. Menggunakan metode yang
bervariasi
Pembelajaran
metode konvensional harus sudah ditinggalkan guru karena peserta didik
memiliki karakteristik yang berbeda sehingga dibutuhkan metode yang tepat/bervariasi
dalam memberdayakan kompetensi peserta didik.
j. Menggunakan media yang baik
serta harus sesuai dengan tujuan pembelajaran.
Penggunaan media yang tepat sangat
membantu dan memotivasi peserta didik dalam memaknai pembelajaran sesuai tujuan
pembelajaran yang hendak dicapai. Adanya media yang tepat akan mampu memediasi
peserta didik yang memiliki kemampuan indera yang tidak sama, baik pendengaran
maupun penglihatannya, demikian juga kemampuan berbicaranya. Dengan variasi
penggunaan media, kelemahan indera yang dimiliki tiap peserta didik dapat
dikurangi dan dapat memberikan stimulus terhadap indera peserta didik.
Adanya
strategi di atas, menuntut kesiapan guru sebagai perancang pembelajaran untuk
mampu mengimplementasikannya dalam kegiatan proses belajar mengajar. Guru harus
mampu meninggalkan kebiasaan-kebiasaan pembelajaran yang dimonopoli oleh guru
itu sendiri (teacher sentre). Karena guru dalam melaksanakan
peranya sebagai pendidik, pengajar pemimpin, administrator, harus mampu melayani
peserta didik yang dilandasi kesadaran (awarreness), keyakinan (belief),
kedisiplinan (discipline) dan tanggung jawab (responsibility) secara optimal
sehingga memberikan pengaruh positif terhadap perkembangan peserta didik secara
optimal baik fisik maupun phisikis.
Perkembangan peserta didik
secara optimal akan terlihat bagaiman sang guru mampu menumbuhkan motivasi pada
diri peserta didik dalam pembelajaran. Guru yang tidak mampu menumbuhkan
motivasi peserta didik berarti sang guru kurang memahami strategi yang tepat
dalam pembelajaran.
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Menurut,
pembahasan materi dalam makalah kami, dapat disimpulkan bahwa motivasi adalah
suatu dorongan keinginan pada diri seseorang untuk menjadi individu yang lebih
baik. Lebih lanjut dikatakan bahwa motivasi yang ada pada diri seseorang akan
mewujudkan sesuatu perilaku yang di arahkan pada tujuan untuk mencapai sasaran
kepuasan.
Motivasi
berfungsi untuk sebagai pendorong untuk berbuat sesuatu disetiap aktifitas
yang dilakukan, penentu arah perbuatan yakni kearah tujuan yang ingin dicapai,
menyeleksi perbuatan, pendorong usaha untuk mencapai prestasi. Motivasi dibagi
menjadi dua jenis yaitu motivasi positif, artinya melalui pemberian hadiah bagi yang
berprestasi, diharapkan mereka akan dapat lebih berprestasi dan motivasi negatif yaitu dengan
memberi hukuman bagi yang bersalah, tentunya agar mereka tidak
mengulangi kesalahan.
Pemberian
hukuman, memang efektif untuk mencegah kesalahan. Namun,
sikap untuk tidak berbuat salah, tidak otomatis meningkatkan gairah bekerja
atau dapat meningkatkan motivasi untuk menjadi lebih
baik. Karena itu, umumnya kedua jenis motivasi ini digunakan dalam porsi
dan waktu yang tepat. Tujuannya adalah meningkatkan pemahaman
diri. Referensi yang kami ketahui berdasarkan pendapat Rogers
mendasarkan teori dinamika kepribadian pada konsep aktualisasi
diri. Aktualisasi diri adalah daya yang mendorong pengembangan diri dan
potensi individu, sifatnya bawaan dan sudah menjadi ciri seluruh
manusia. Selain pendapat Rogers, kami juga memperoleh referensi
dari Maslow yang menjelaskan bahwa kebutuhan manusia bertingkat,
mulai dari kebutuhan mendasar yang harus dipenuhi pada bagian bawah piramid dan
kebutuhan manusia meningkat terus ke atas apabila jenis kebutuhan yang dasar
sudah terpenuhi.
Mulai
dari kebutuhan yang paling dasar adalah kebutuhan fisiologis, kemudian
berlanjut ke kebutuhan akan keamanan dan kebutuhan puncak, yaitu
aktualisasi diri (self-actualization). Teori ”drive” bisa diuraikan
sebagai teori-teori dorongan tentang motivasi, perilaku didorong ke arah tujuan
oleh keadaan-keadaan yang mendorong dalam diri seseorang. Teori insentif
menjelaskan motivasi dalam kaitannya dengan stimuli atau penghargaan eksternal.
Berbeda dengan dorongan atau teori pengurangan penggerak, para psikolog telah
mengajukan teori insentif karena stimulus eksternal dianggap menarik seseorang
untuk beberapa tujuan. (Iram, 2008).
Teori
disonansi kognitif merupakan sebuah teori komunikasi yang membahas mengenai
perasaan ketidaknyamanan seseorang yang diakibatkan oleh sikap, pemikiran, dan
perilaku yang tidak konsisten dan memotivasi seseorang untuk mengambil langkah
demi mengurangi ketidaknyamanan tersebut. Victor H. Vroom, dalam bukunya
yang berjudul “Work And Motivation” mengetengahkan suatu teori yang disebutnya
sebagai “ Teori Harapan”. Menurut teori ini, motivasi merupakan akibat suatu
hasil dari yang ingin dicapai oleh seorang dan perkiraan yang bersangkutan
bahwa tindakannya akan mengarah kepada hasil yang diinginkannya itu. Artinya,
apabila seseorang sangat menginginkan sesuatu, dan jalan tampaknya terbuka
untuk memperolehnya, yang bersangkutan akan berupaya mendapatkannya.
Motivasi
berprestasi pertama kali diperkenalkan oleh Murray (dalam Martaniah, 1998) yang
diistilahkan dengan need for achievement dan dipopulerkan oleh Mc Clelland
(1961) dengan sebutan “n-ach”, yang beranggapan bahwa motif berprestasi
merupakan virus mental sebab merupakan pikiran yang berhubungan dengan cara
melakukan kegiatan dengan lebih baik daripada cara yang pernah dilakukan
sebelumnya.
Teori
motivasi kompetensi menyatakan bahwa setiap manusia mempunyai
keinginan untuk menunjukkan kompetensi dengan menaklukkan lingkungannya.
Keterampilan tersebut antara lain keterampilan untuk mengevaliasi diri
sehubungan dengan pelaksanaan tugas tersebut, nilai tugas siswa, harapan untuk
tugas dalam tugas, patokan keberhasilan tugas, locus of control dan penguatan
diri. Menurut Pupuh Fathurrohman dan M. Sorby Sutikno (2010) bahwa
motivasi dapat dibagi dua. Pertama motivasi intrinsik, yaitu motivasi yang
timbul dari dalam diri peserta didik tanpa ada paksaan dari dorongan orang
lain.
3.2 Saran
1. Dalam pembelajaran, diperlukan
adanya motivasi.
2. Diharapkan pembaca dapat
termotivasi dengan meningaktkan proses pembelajaran.
3. Untuk meraih hasil belajar yang
maksimal, siwa harus mempunyai motivasi untuk belajar, baik motivasi yang
berasal dari dalam diri siswa itu sendiri maupun yang dari luar, seperti
lingkungan.
4. Pendidik harus mampu
membangkitkan motivasi belajar peserta didik.
5. Diperlukannya usaha-usaha yang
dapat membangkitkan motivasi belajar khususnya dari pihak orang tua, pendidik
maupun dari pihak sekolah untuk meningkatkan hasil belajar anak.
6. Disarankan supaya guru
meningkatkan motivasi belajar menggunakan metode demonstrasi.
7. Disarankan agar guru mampu
mengembangkan atau melatih siswa agar lebih terampil.
8. Diharapkan hasil makalah ini dapat berperan
dalam proses belajar-mengajar dimasa mendatang sehingga suasana belajar menjadi
lebih menyenangkan dan dapat memotivasi siswa untuk terus belajar.
9. Disarankan dapat lebih fokus
dalam memotivasi belajar anak sehingga hasil belajar dapat melibatkan aspek
moral dan aspek emosional.
10. Sebaiknya pendidik ataupun
sebagai konselor memahami peran motivasi dalam belajar, supaya dapat memberikan
motivasi terhadap peserta didik sehingga peserta didik dapat melakukan kegiatan
belajar dengan hasil yang optimal.
DAFTAR PUSTAKA
Afifuddin dan Sutikno, Sobry.
2008. Pengelolaan pendidikan.
Departemen Pendidikan dan
Kebudayaan. 1996.
Kamus besar Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka.
Djamarah, Syaipul bahri
.2002. Fisikologi Belajar.Cetakan I. Jakarta : Rimeka Cipta
Jamaris, Martini. 2013. Orientasi
Baru Dalam Fisiologi Pendidikan. Bogor: Penerbit Gahlia Indonesia.
Pidarta, Made.2007. Landasan
Kependidikan. Jakarta . PT. Asdi Mahasatya.
Santrok, Jon W. 2011. Fisikologi
Pendidikan .Jakarta :Salemba Humanika
Slemato, 2003. Belajar
dan faktor-faktor yang Mempengaruhinya .Jakarta: PT. Rineka cipta.
Sutikno,M.S. 2007. Menggagas
Pembelajaran Efektif Dan Bermakna , Mataram :NTP Ppres
Uno, B Hamzah ,2008. Teori
Motivasi dan Pengukurannya : Analisis Dibidang Pendidikan : Jakarta
Bumi Aksara
Sutikono, Subri. 2008. Landasan
Pendidikan Bandung. Presfect.
http://doubleddodewii.blogspot.co.id/2015/03/makalah-motivasi-belajar-dan.html
No comments:
Post a Comment