Friday, April 7, 2017

MAKALAH PENGANTAR ILMU
DAN FILSAFAT 2






Dosen Pembimbing : Kasih Haryo Basuki,S.Si.M.Pd
Disusun oleh :
Kelompok 2
1.                   Erik Kartono (201613500419)
2.                   Rizki Apriliasari (201613500404)
3.                   Wahid Saputra  (201613500345)

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN MATEMATIKA
FAKULTAS TEKNIK MATEMATIKA ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS INDRAPRASTA PGRI
2017


KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh
            Puji syukur penulis ucapkan terima kasih kepada Allah SWT yang telah memberikan Rahmat dan Karunia Nya kepada penulis sehingga berhasil menyelesaikan makalah dengan judul  Pengantar Ilmu dan Filsafat 2”  ini tepat pada waktunya. Selesainya makalah ini tidak terlepas dari bantuan berbagai pihak. Oleh karena itu penulis  ingin mengucapkan terima kasih dan penghargaan setinggi tingginya kepada yang terhormat :
1.      Dosen pengampu mata kuliah Filsafat MIPA yang telah memberikan tugas,petunjuk kepada penulis sehingga termotivasi dalam menyelesaikan makalah ini.
2.      Keluarga tercinta yang telah memberikan dorongan ,bantuan dan do’a  serta pengertian yang besar kepada penulis  baik selama mengikuti perkuliahan maupun dalam menyelesaikan makalah ini.
Dalam penulisan makalah ini , penulis menyadari bahwa dalam mengupas permasalahan di dalam makalah ini masih banyak kekurangan, baik dalam hal sistematika maupun teknik penulisannya. Kiranya tiada lain karena keterbatasan kemampuan dan pengalaman penulis yang belum luas dan mendalam. Oleh karena itu, segala saran dan kritik yang membangun tentunya  penulis harapkan, sebagai masukan yang berharga demi kemajuan penulis di masa mendatang.
Demikianlah makalah ini , penulis berharap makalah ini dapat bermanfaat bagi penulis khususnya, bagi pembaca umumnya, dalam memberikan informasi tentang Permasalahan Pendidikan .
Jakarta,10 Maret 2017


Penulis


DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR......................................................................................................     i
DAFTAR ISI..................................................................................................            …………...     ii
BAB I
PENDAHULUAN
A.    LATAR BELAKANG...........................................................................................    1
B.     RUMUSAN MASALAH.......................................................................................    1
C.     TUJUAN.................................................................................................................   1         
BAB II
PEMBAHASAN
A.    PENGERTIAN FILSAFAT.....................................................................................   2
B.     PENGERTIAN ILMU PENGETAHUAN...............................................................   4
C.     PENGERTIAN FILSAFAT ILMU PENGETAHUAN...........................................   6
D.    KRITERIA KEBENARAN......................................................................................   8

BAB III
PENUTUP
A.    KESIMPULAN.........................................................................................................  11
B.     SARAN.....................................................................................................................  11

DAFTAR PUSTAKA............................................................................................................ 12



BAB I
PENDAHULUAN

A.    Latar Belakang
            Filsafat tidak dapat dipisahkan dengan kehidupan manusia, karena sejarah
filsafat erat kaitannya dengan sejarah manusia pada masa lampau. Filsafat yang dijadikan sebagai pandangan hidup, erat kaitannya dengan nilai-nilai tentang manusia yang dianggap benar sebagai pandangan hidup oleh suatu masyarakat atau bangsa untuk mewujudkannya yang terkandung dalam filsafat tersebut. Oleh karena itu suatu filsafat yang diyakini oleh suatu masyarakat atau bangsa akan berkaitan erat dengan sistem pendidikan yang dirasakan oleh masyarakat dan bangsa tersebut.
            Filsafat pendidikan ini sebagai usaha untuk mengenalkan filsafat pendidikan dan hal-hal lain yang berhubungan dengan itu. Adapun filsafat pendidikan adalah disiplin ilmu yang mempelajari dan berusaha mengungkap masalah-masalah pendidikan yang bersifat filosofis. Agar pendidikan mempunyai arti jelas, karena pendidikan sangat pesar peranannya dalam membina kemajuan suatu bangsa sesuai dengan filsafat yang diyakini.

B.  Rumusan Masalah
  1. Apa Pengertian Filsafat?
  2. Apa Pengertian Filsafat Ilmu Pengetahuan?
  3. Apa Kriteria Kebenaran dalam MIPA?

C.  Tujuan penulisan
  1. Untuk mengetahui apa pengertian filsafat MIPA
  2. Untuk mengetahui pengertian filsafat ilmu pengetahuan
  3. Untuk mengetahui kriteria kebenaran dalam MIPA




BAB II
PEMBAHASAN

A.     PENGERTIAN FILSAFAT
·         Filsafat secara Etimologi
Kata filsafat, yang dalam bahasa Arab dikenal dengan istilah falsafah dan dalam bahasa inggris dikenal dengan istilah philosophy adalah berasal dari bahasa Yunani philoshopia. Kata philosophia terdiri atas kata philein yang berarti cinta (love) dan shopia yang berarti kebijaksanaan (wisdom), sehingga secara etimologi istilah filsafat berarti cinta kebijaksanaan (love of wisdom). Kata filsafat pertama kali oleh Phytagoras (582-496 SM). Pada saat itu arti filsafat belum begitu jelas.

·         Filsafat secara Terminologi
Secara terminologi adalah arti yang dikandung oleh istilah filsafat. Dikarenakan tentang batasan dari filsafat itu banyak , antara lain:
1. Para filsuf pra – Socrates
Para filsuf pra – Socrates mempertnayakan tentang arche, yakni awal mula atau asal usul alam dan berusaha menjawabnya dengan menggunakan logos atau rasio tanpa percaya lagi pada jawaban mitos atau legenda. Oleh sebab itu, bagi mereka, filsafat adalah ilmu yang berupaya untuk memahami hakikat alam dan realitas dengan mengendalikan akal budi.

2. Plato
Filsafat adalah pengetahuan yang mencoba untuk mencapai pengetahuan tentang kebenaran asli.
3. Aristoteles
Filsafat adalah ilmu pengetahuan yang senantiasa berupaya mencari prinsip – prinsip dan penyebab – penyebab dari realitas yang ada.
4. Al Farabi
Filsafat adalah ilmu pengetahuan tentang hakikat bagaimana alam maujud yang sebenarnya.
5. Rene Descartes
Filsafat adalah himpunan dari segala pengetahuan yang pangkal penyelidikannya adalah mengenai Tuhan, alam, dan manusia.
6. William James
Filsafat adalah suatu upaya yang luar biasa hebat untuk berpikir yang jelas dan terang.
7. Immanuel Kant
Filsafat adalah ilmu pengetahuan yang menjadi pangkal dari semua pengetahuan yang didalamnya tercakup masalah epistemologi (filsafat pengetahuan) yang menjawab persoalan apa yang kita ketahui.
8. Langeveld
Filsafat adalah berpikir tentang masalah – masalah yang akhir dan yang menentukan, yaitu masalah – masalah mengenai makna keadaan, Tuhan, keabadian, dan kebebasan.
9. Hasbullah Bakry
Filsafat adalah ilmu yang menyelidiki segala sesuatu dengan mendalam mengenai ketuhanan, alam semesta, dan juga manusia sehingga dapat menghasilkan pengetahuan tentang bagaimana hakikatnya sejauh yang dapat dicapai akal manusia dan bagaimana sikap manusia seharusnya setelah mencapai pengetahuan tersebut.
10.  Louis O. Kattsoff
Filsafat merupakan suatu analisis secara hati – hati terhadap penalaran – penalaran mengenai suatu masalah, dan penyusunan secara sengaja serta sistematis suatu sudut pandang yang menjadi suatu dasar tindakan.

11.  N. Dryarkara
Filsafat adalah perenungan sedalam – dalamnya sebab – sebab ‘ada dan berbuat’, perenungan tentang kenyataan (reality) yang sedalam – dalamnya sampai ke ‘mengapa’ yang penghabisan.

12.  Notonagoro
Filsafat menelaah hal – hal yang menjadi objeknya dari sudut intinya yang mutlak dan yang terdalam, yang tetap dan tidak berubah, yang disebut sebagai hakikat.
13.  Ir. Poedjayawijatna
Filsafat ialah ilmu yang berusaha untuk mencari sebab yang sedalam – dalamnya bagi segala sesuatu berdasarkan pikiran belaka.
14.  Cicero
Filsafat adalah sebagai “ibu dari semua seni” dan juga sebagai arts vitae yaitu fisafat sebagai seni kehidupan.

15.  Harold H. Titus
ü  Filsafat adalah sekumpulan sikap dan kepercayaan terhadap kehidupan dan alam yang biasanya diterima secara tidak kritis.
ü  Filsafat adalah suatu proses kritik atau pemikiran terhadap kepercayaan dan sikap yang dijunjung tinggi.
ü  Filsafat adalah usaha untuk memperoleh suatu pandangan keseluruhan.
ü  Filsafat adalah analisis logis dari bahasa dan penjelasan tentang arti dan pengertian (concept).
ü  Filsafat adalah kumpulan masalah yang mendapat perhatian manusia dan yang dicarikan jawabannya oleh ahli filsafat.


16.  Sidi Gazalba
Filsafat adalah sistem kebenaran tentang segala sesuatu yang dipersoalkan sebagai hasil dari berpikir secara radikal, sistematis, dan universal.
17.  Francis Bacon
Filsafat merupakan induk agung dari ilmu – ilmu dan filsafat menangani semua pengetahuan sebagai bidangnya.
Dari serangkaian definisi diatas, dapat ditarik kesimpulan bahwa filsafat adalah proses berpikir secara radikal, sistematik, dan universal terhadap segala yang ada dan yang mungkin ada. Dengan kata lain, berfilsafat berarti berpikir secara radikal (mendasar, mendalam, sampai ke akar – akarnya, sitematik (teratur, runtut, logis, dan tidak serampangan) untuk mencapai kebenaran universal (umum, terintegral, dan tidak khusus serta tidak parsial).


·       Ciri – Ciri Filsafat

1. Bersifat secara menyeluruh (universal) Artinya Persoalan secara kefilsafatan tidak bersangkutan dengan objek khusus dan sebagian besar berkaitan dengan ide – ide yang besar.
2. Bersifat secara spekulatif Artinya persoalan – persoalan yang dihadapi oleh manusia melampui batas – batas ilmiah.
3. Bersangkutan dengan nilai – nilai (nilai baik dan nilai buruk) Artinya persoalan – persoalan kefilsafatan bertalian dengan penilaian baik moral, estetis, agama, maupun sosial.
4. Bersifat kritis Artinya filsafat itu suatu analisis secara kritis terhadap konsep – konsep yang artinya diterima oleh suatu ilmu.
5. Bersifat sinoptik Artinya filsafat mencakup struktur kenyataan secara keseluruhan.
6. Bersifat publikatif  Artinya jika suatu persoalan sudah mendapat jawaban dari jawaban itu akan timbul persoalan baru dan jawaban yang akan diberikan akan mengandung akibat lebih jauh.
·       Asal – Usul Filsafat

Ada 3 hal yang mendorong manusia untuk ‘berfilsafat’, yaitu sebagai berikut:
a. Keheranan
Banyak filsuf menunujukkan rasa heran (dalam bahasa Yunani Thaumsia) sebagai asal filsafat. Plato misalnya mengatakan : “Mata kita memberi pengamatan bintang – bintang, matahari dan langit. Pengamatan ini memberi dorongan untuk menyelidiki. Dari penyelidikan ini berasal filsafat”.

b. Kesangsian
Filsuf – filsuf lain, misalnya Augustinus (254 – 430 M) dan Rene Descartes (1596 – 1650 M) menunjukkan kesangsian sebagai sumber utama pemikiran. Manusia heran, tetapi kemudian ragu – ragu. Apakah ia tidak ditipu oleh panca inderanya kalau ia heran? Apakah kita tidak hanya melihat yang ingin kita lihat? Di mana dapat ditemukan kepastian? Karena dunia ia penuh dengan berbagai pendapat, keyakinan, dan interpretasi.
c. Kesadaran Akan Keterbatasan
Manusia mulai berfilsafat jika ia menyadari bahwa dirinya sangat kecil dan lemah terutama bila dibandingkan dengan alam sekelilingnya. Manusia merasa bahwa ia sangat terbatas dan terikat terutama pada waktu mengalami penderitaan atau kegagalan. Dengan kesadaran akan keterbatasan dirinya ini manusia mulai berfilsafat. Ia mulai memikirkannya bahwa di luar manusia yang terbatas pasti ada sesuatu yang tidak terbatas.

·       Manfaat filsafat dalam kehidupan adalah :
1.      Sebagai dasar dalam bertindak.
2.      Sebagai dasar dalam mengambil keputusan.
3.      Untuk mengurangi salah paham dan konflik.
4.      Untuk bersiap siaga menghadapi situasi dunia yang selalu berubah.



·        Pembagian (Cabang – Cabang) Filsafat

Filsafat pada umumnya dibagi ke dalam 2 kelompok secara garis besar, yaitu filsafat sistematis dan sejarah filsafat.
Filsafat sistematis bertujuan dalam pembentukan dan pemberian landasan pemikiran filsafat. Didalamnya meliputi logika, metodologi, epistemologi, filsafat ilmu, etika, estetika, metafisika, filsafat ketuhanan (teologi), filsafat manusia, dan kelompok filsafat khusus seperti filsafat sejarah, filsafat hukum, filsafat komunikasi, dan lain – lain.
Adapun sejarah filsafat adalah bagian yang berusaha meninjau pemikiran filsafat disepanjang masa. Sejak zaman kuno hingga zaman modern. Bagian ini meliputi sejarah filsafat Yunani (Barat), India, Cina, dan sejarah filsafat Islam.
Pembagian filsafat menurut para ahli diantaranya sebagai berikut:
Pembagian Plato
Plato membagi filsafat menjadi 3 yaitu;
1.      Dialektika : Tentang ide – ide atau pengertian – pengertian umum.
2.      Fisika : Tentang dunia materiil
3.      Etika : Tentang kebaikan

Pembagian Aristoteles
1.      Logika, tentang bentuk susuna pikiran
2.      Filosofia teoritika yang terperinci atas; a.Fisika, tentang dunia materiil (ilmu alam dan sebagainya); b.Matematika, tentang barang menurut kuantitasnya, dan; c.Metafisika, tentang “ada”
3.      Filosofia praktika, tentang hidup kesusilaan (berbuat) yang terperinci atas; a.Etika, tentang kesusilaan dalam hidup perseorangan; b.Ekonomia, tentang kesusilaan dalam hidup kekeluargaan, dan; c.Politika, tentang kesusilaan dalam hidup kenegaraan
4.      Filosofia poetika/aktiva (pencipta) – Filsafat Kesenian.

The Liang Gie membagi filsafat sistematis menjadi:
1.      Metafisika , filsafat tentang hal yang ada
2.      Epistemologi, teori pengetahuan
3.      Metodologi, teori tentang metode
4.      Logika, teori tentang penyimpulan
5.      Etika, filsafat tentang pertimbangan moral
6.      Estetika, filsafat tentang keindahan
7.      Sejarah filsafat

Louis O. Kattsoff
1.      Logika
2.      Metodologi
3.      Metafisika
4.      Epistemologi
5.      Filsafat biologi
6.      Filsafat psikologi
7.      Filsafat antropologi
8.      Filsafat sosiologi
9.      Etika
10.  Estetika
11.  Filsafat agama
Dari pembagian cabang filsafat menurut beberapa tokoh tersebut, tampak luas bidang yang menanggapi persoalan kefilsafatan. Karena sangat luasnya cakupan maka sering ada kesulitan untuk membahas setiap masalah sampai tuntas.


Berdasarkan 3 jenis persoalan filsafat yang utama yaitu:
1.      Persoalan keberadaan (being) atau eksistensi (existence). Persoalan keberadaan atau eksistensi bersangkutan dengan cabang filsafat, yaitu metafisika.
2.      Persoalan pengetahuan (knowledge) atau kebenaran (truth). Pengetahuan ditinjau dari segi isinya berkaitan dengan cabang filsafat, yaitu epistemologi. Adapun kebenaran ditinjau dari segi bentuknya bersangkutan dengan cabang filsafat, yaitu logika.
3.      Persoalan nilai – nilai (values). Nilai – nilai dibedakan menjadi 2, nilai kebaikan tingkah laku dan nilai keindahan. Nilai kebaikan tingkah laku bersangkutan dengan cabang filsafat yaitu etika. Nilai keindahan bersangkutan dengan cabang filsafat yaitu estetika.


B.      PENGERTIAN FILSAFAT ILMU PENGETAHUAN
Setelah dipahami pengertian Filsafat, dan pengertian Ilmu pengetahuan, maka dapat disimpulkan bahwa Filsafat Ilmu pengetahuan adalah kajian secara mendalam tentang dasar-dasar ilmu pengetahuan, sehingga filsafat ilmu pengetahuan dapat menjawab beberapa persoalan, seperti:
1. Persoalan dalam landasan dimensi Ontologis
Persoalan tentang Objek apa yang ditelaah ?, Bagaimana wujud yang hakiki dari objek tersebut ?, Bagaimana korelasi antara objek tadi dengan daya tangkap manusia (seperti berpikir, merasa, dan mengindra) yang menghasilkan ilmu ? Dari landasan ontologis ini adalah dasar untuk mengklasifikasi pengetahuan dan sekaligus bidang bidang ilmu.
2. Persoalan dalam landasan dimensi epistemologis
 Persoalan bagaimana proses pengetahuan yang masih berserakan dan tidak teratur itu menjadi ilmu ?. Bagaimana prosedur dan mekanismenya ?. Hal hal yang harus diperhatikan agar dapat diperoleh pengetahuan yang benar ?. Apa yang disebut kebenaran itu sendiri ?. Apa kriterianya ?. Cara/ teknik/ sarana apa yang membantu manusia dalam mendapatkan pengetahuan yang berupa ilmu ?.


3. Persoalan dalam landasan dimensi aksiologis
 Persoalan untuk apa pengetahuan yang berupa ilmu itu dipergunakan ?. Bagaimana kaitan antara cara penggunaan tersebut dengan kaidah kaidah moral ?. Bagaimana penentuan objek yang ditelaah berdasarkan pilihan pilihan moral ?. Bagaimana korelasi antara teknik proseduran yang merupakan operasionalisasi metode ilmiah dengan norma norma moral ?.
Pengertian filsafat ilmu pengetahuan menurut Hartono Kasmadi (1990) dapat dirangkum dalam tiga (3) medan telaah, yaitu:
a. Filsafat ilmu pengetahuan adalah suatu telaah kritis terhadap metode yang digunakan oleh ilmu tertentu, terhadap lambang yang digunakan, dan terhadap struktur penalaran tentang sistem lambang yang digunakan.
Misal: untuk mengkaji ilmu empiris, ilmu rasional, bidang etika, estetika, dll.
b. Filsafat ilmu pengetahuan adalah upaya untuk mencari kejelasan mengenai dasar-dasar konsep, praduga, dan postulat mengenai ilmu , serta upaya untuk membuka tabir dasar-dasar empiris, rasional, dan pragmatis.
Misal: analisis terhadap anggapan dasar tentang kuantitas, kualitas, waktu, ruang, dan hukum, serta dapat pula sebagai studi keyakinan tertentu, maupun keyakinan dunia “sana”.
c. Filsafat ilmu pengetahuan adalah studi gabungan yang terdiri atas beberapa studi yang beraneka macam yang ditujukan untuk menetapkan batas yang tegas mengenai ilmu tertentu.


C.  KRITERIA KEBENARAN
Manusia selalu berusaha menemukan kebenaran.Banyak cara telah ditempuh untuk memperoleh kebenaran, antara lain dengan menggunakan rasio seperti para rasionalis dan melalui pengalaman atau empiris. Struktur pengetahuan manusia menunjukkan tingkatan –tingkatan  dalam hal menangkap kebenaran. Metode ilmiah yang dipakai dalam suatu ilmu tergantung dari objek ilmu yang besangkutan. Macam-macam objek ilmu antara lain fisika-kimia, makhluk hidup, psikis , sosio politis, humanistis dan religious. Filsafat ilmu memiliki tiga cabang kajian yaitu ontology, epistemology dan aksiologi.
Dalam menguji suatu kebenaran diperlukan teori-teori ataupun metode-mtode yang akan berfungsi sebagai penunjuk jalan bagi jalannya pengujian tersebut. Berikut ini beberapa teori tentang kebenaran dalam perspektif filsafat ilmu :
a.    Teori Korespondensi
Teori kebenaran korespondensi adalah teori yang berpandangan bahwa pernyataan-pernyataan adalah benar jika berkorespondensi ( berhubungan ) terhadap fakta yang ada. Kebenaran atau suatu keadaan dikatakan benar jika ada kesesuaian antara arti yang dimaksud oleh suatu pendapat dengan fakta. Suatu proposisi ( ungkapan atau keputusan ) adalah benar apabila terdapat suatu fakta yang sesuai dan menyatakan apa adanya. Teori ini sering diasosiasikan dengan teori-teori empiris pengetahuan. Ujian kebenaran yang didasarkan atas teori korespondensi paling diterima secara luas oleh kelompok realis. Menurut teori ini kebenaran adalah kesetiaan kepada realita obyektif , kebenaran adalah persesuaian antara pernyataan tentang fakta dan fakta itu sendiri, atau antara pertimbangan dan situasi yang dijadikan pertimbangan itu, serta berusaha untuk melukiskannya, karena kebenaran mempunyai hubungan erat dengan pernyataan atau pemberitaan yang kita lakukan tentang sesuatu ( Titus,1987:237 ).
Jadi secara sederhana dapat disimpulkan bahwa berdasarkan teori korspondensi suatu pernyataan adalah benar jika materi pengetahuan yang dikandung pernyataan itu berkorespondensi ( berhubungan ) dan sesuai dengan objek yang dituju oleh pernyataan tersebut ( Suriasumantri,1990:57), Misalnya jika seorang mahasiswa mengatakan “ matahari terbit dari timur “ maka pernyataan tersebut bersifat factual atau sesuai dengan fakta yang ada matahari terbit dari timur dan tenggelam dari barat.Menurut korespondensi ada atau tidaknya keyakinan tidak mempunyai hubungan langsung terhadap kebenaran atau kekeliruan . Jika sesuatu pertimbangan sesuai dengan fakta , maka pertimbangan ini benar, jika tidak maka pertimbangan itu salah (Jujun, 1990:237)
b.        Teori Koherensi atau konsistensi
Teori kebenaran koherensi adalah teori kebenaran yang didasarkan kepadaa kriiteria koheren atau konsistensi . Pernyataan – pernyataan ini mengikuti atau membawa kepada pernyataan yang lain. Berdasarkan teori ini suatu pernyataan dianggap benar bila pernyataan itu bersifat koheren atau konsisten dengan pernyataan –pernyataan sebelumnya yang dianggap benar ( Jujun, 1990:55), artinya pertimbangan adalah benar jika pertimbangan itu bersifat konsisten dengan pertimbangan lain yang telah diterima kebenarannya yaitu yang koheren menurut logika.
Suatu kebenaran tidak hanya terbentuk karena adanya koherensi atau konsistensi dengan pernyataan sebelumnya. Dengan kata lain suatu proposisi dilahirkan untuk menyikapi dan menanggapi proposisi sebelumnya secara konsisten serta adanya interkoneksi dan tidak adanya kontradiksi antara keduanya.
Misalnya bila kita mengangap bahwa “ maksiat adalah perbuatan yang dilarang oleh Allah “ adalah suatu pernyataan yang benar maka mencuri dilarang oleh Allah “ adalah benar pula, sebab pernyataan kedua adalah konsisten dengan pernyataan yang pertama. Kelompok idealis , seperti Plato juga filosof modern seperti Hegel , Bradley memperluas prinsip koherensi sehingga meliputi dunia, dengan begitu maka tiap-tipa pertimbangan yang benar dan tiap-tiap system kebenaran yang parsial bersifat terus-menerus dengan keseluruhan realitas dan memperoleh arti dari keseluruhan tersebut  (Titus 1987 :239).
.    C.   Teori Pragmatisme
Teori ini menganggap suatu pernyataan, teori atau dalil itu memiliki kebenaran bila memiliki kegunaan dan manfaat bagi kehidupan manusia. Kaum pragmatis menggunakan criteria kebenarannya dengan keguanaan (utility), dapar dikerjakan (workability), dan akibat yang memuaskan.oleh karena itu tidak ada kebenaran yang mutlak atau tetap, kebenarannya tergantung pada kerja, manfaat dan akibatnya.
Akibat atau hasil yang memuaskan bagi kaum pragmatis adalah :
1.        Sesuai dengan keinginan dan tujuan.
2.        Sesuai dan teruji dengan suatu eksperimen.
3.        Ikut membantu dan mendorong perjuangan untuk tetap eksis (ada).
Teori ini merupakan sumbangan paling nyata dari para filsuf Amerika. Tokohnya adalah Charles S. Pierce (1839-1914) dan diikuti oleh William James dan John Dewey (1859-1952).





BAB III
PENUTUP


a.      Kesimpulan.
Dari semua pengertian filsafat secara terminologis di atas, dapat ditegaskan bahwa filsafat adalah ilmu pengetahuan yang menyelidiki dan memikirkan segala sesuatunya secara mendalam dan sungguh-sungguh, serta radikal sehingga mencapai hakikat segala situasi tersebut. Dan Filsafat Ilmu pengetahuan adalah kajian secara mendalam tentang dasar-dasar ilmu pengetahuan, sehingga filsafat ilmu pengetahuan dapat menjawab beberapa persoalan Filsafat mengantarkan manusia untuk lebih jernih, mendasar dan bijaksana dalam berfikir, bersikap, berkata, berbuat dan mengambil kesimpulan. Diatas juga dijelaskan ada beberapa teori kriteria kebenaran yaitu,teori korespondensi,teori koherensi atau konsistensi, dan teori pragmatisme

b.      Saran
       Agar manusia tetap memiliki filsafat ilmu yang tidak hanya memiliki tujuan tapi juga prinsip yang etimonogi seperti yang diterangkan pada BAB II.



DAFTAR PUSTAKA
Jujun S. Sumantri.2005. Filsafat Ilmu; Sebuah Pengantar Populer. Jakarta : Pustaka Sinar Harapan.


No comments:

Post a Comment